GridHEALTH.id – Stroke masih menjadi salah satu penyakit pembunuh utama di dunia, termasuk di Indonesia.
Sedangkan orang dengan pascastroke tercatat tidak bisa hidup secara mandiri dalam jangka panjang, kondisi inilah yang perlu disoroti.
Penanganan segera menjadi kunci dari penyelematan pasien stroke, lalu bagaimana cara mengobatinya? Simak berikut ini penjelasan mengenai cuci otak untuk penderita stroke, sebagai salah satu metode pengobatan stroke.
Berdasarkan data tahun 2018 dari Kemenkes RI disebutkan prevalensi stroke di Indonesia diperkirakan sebanyak 2.120.362 orang dengan diagnosis dokter pada penduduk umur mulai dari 15 tahun (10,9%).
Upaya promotif preventif dilakukan oleh pemerintah, dengan deteksi dini yang disebutkan oleh Menkes akan ditanggung BPJS dan disebutkan bahwa ada sekitar 30 triliun anggaran dana sampai tahun 2027, yang dialokasikan untuk stroke, kanker, jantung, dan ginjal.
Baca Juga: Cryotherapy, Operasi dengan Nitrogen Cair Diklaim Tanpa Rasa Sakit dan Lebih Cepat Sembuh
Dengan target dari pemerintah akan melengkapi kebutuhan alat intervensi stroke sejak awal dan pemenuhan jumlah dokter spesialis bedah, sebagai bagian dari bentuk transformasi kesehatan.
Stroke adalah suatu episode disfungsi sistem saraf karena adanya gangguan pada aliran darah ke otak, yang ditandai dengan adanya gejala klinis defisit neurologis, serta dapat mengakibatkan cacat permanen atau kematian jika tidak ditangani segera.
Penanganan segera dibutuhkan, karena berdasarkan penjelasan dari Muhammad Kurniawan, selaku pakar dari Departemen Neurologi FK UI dalam laman fk.ui.ac.id menjelaskan, satu detik saja sumbatan stroke tidak ditangani dapat membuat 32 ribu sel neuron rusak, diikuti dengan kerusakan 320 juta hubungan antar neuron dan sel lain (synapses), sehingga membuat pasien 8,7 jam lebih tua dari usia seharusnya.
"Begitu cepat kerusakan sel otak kita akibat stroke, sehingga penanganan harus dilakukan secara cepat dan perlu mengenali gejala awal dengan baik,” kata Kurniawan. Untuk mendiagnosa stroke maka dapat dilihat dengan adanya pemeriksaan imaging atau patologi.
BPJS juga menyebutkan stroke menjadi penyakit dengan beban biaya tinggi dalam pengobatan dan memiliki komplikasi yang dapat mengancam jiwa, karena stroke termasuk dalam empat besar penyakit katastropik.
Sesuai dengan semboyan dari P2PTM Kemenkes RI, gejala stroke yang membahayakan dan sudah dibutuhkan penanganan, dirangkum dalam slogan SeGeRa Ke RS, yaitu:
1. Senyum tidak simetris (mencong ke satu sisi), tersedak, sulit menelan air minum secara tiba-tiba
2. Gerak separuh anggota tubuh melemah tiba-tiba
3. BicaRa pelo atau tiba-tiba tidak dapat bicara atau tidak mengerti kata-kata atau bicara tidak nyambung
4. Kebas atau baal, atau kesemutan separuh tubuh
Baca Juga: Katarak pada Anak, Seperti Anak Asri Welas, Susah Dapat Sekolah yang Mau Menerima
5. Rabun, pandangan satu mata kabur, terjadi tiba-tiba
6. Sakit kepala hebat yang muncul tiba-tiba dan tidak pernah dirasakan sebelumnya, gangguan fungsi keseimbangan, seperti terasa berputar dan gerakan sulit dikoordinasi.
Penyebab dari penyakit stroke adalah adanya penyumbatan atau pecah pada pembuluh darah di otak, sehingga sebagian otak tidak mendapat pasokan darah yang membawa oksigen dan memicu kematian sel atau jaringan.
Melansir penjelasan dari dr. Putu Arya Nugraha selaku Dirut RSUD Buleleng yang disampaikan oleh Tribunnews Bali, dikatakan metode cuci otak untuk penderita stroke menjadi salah satu metode yang saat ini diterapkan di Indonesia.
Kemenkes sendiri telah meminta RSUD Buleleng untuk mengembangkan layanan cuci otak, mengingat jumlah pasien stroke yang begitu tinggi, sehingga efek kelumpuhan dari pasien stroke bisa ditangani tidak hanya melalui obat.
Baca Juga: Macam-macam Kelainan Bentuk Kaki, Terjadi Gegara Alas Kaki yang Salah?
Tindakan cuci otak untuk penderita stroke disebut sebagai tindakan intervensi non-bedah pada stroke, di mana dokter hanya akan memasukan kateter lewat lipatan paha ke bagian otak pasien, lalu membersihkan sumbatan yang menyebabkan kelumpuhan.
“Kalau sejak awal sumbatan yang ada di otak dibersihkan, akan lebih baik. Sama juga dengan jantung, kalau ada penyumbatan selama ini hanya kami kasih obat saja. Sedangkan idealnya sumbatan itu harus diperlebar dengan pemasangan ring," jelas Dokter Arya dikutip dari Tribunnews Bali (15/01/2023). (*)
Baca Juga: Tanda-tanda yang Biasanya Muncul Satu Minggu Sebelum Serangan Stroke
Source | : | Tribun Bali,fk.ui.ac.id,Sehat Negeriku,P2PTM Kemenkes RI |
Penulis | : | Vanessa Nathania |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar