Mikroplastik dapat ditemukan di mana-mana, seperti di pantai, mikroplastik terlihat sebagai potongan plastik kecil warna-warni di pasir. Sedangkan di lautan, polusi mikroplastik sering dikonsumsi oleh hewan laut.
Tidak hanya di laut, kini polutan ini telah ditemukan mulai dari puncak gunung hingga laut terdalam, orang dapat mengonsumsi partikel kecil ini melalui makanan, minuman, hingga dengan menghirupnya.
Bahayanya, mikroplastik ini telah terdeteksi pada organisme laut, mulai dari plankton hingga paus, makanan laut komersial, dan bahkan pada air minum.
Bahaya mikroplastik lebih jauh adalah sebelum tertelan oleh organisme laut, mikroplastik ini bisa saja sudah berikatan dan terkontaminasi dengan bahan kimia berbahaya lainnya.
Para ilmuwan menyebutkan mikroplastik sangat persisten, hampir tidak mungkin untuk menghilangkan keberadaannya dari lingkungan tempat polutan ini menumpuk, sehingga bahaya mikroplastik juga sangat besar.
Pertama, bahaya mikroplastik bagi manusia adalah menyebabkan kerusakan sel dan dinding sel manusia, yang didapat dari makanan yang dikonsumsi.
Ada penelitian yang telah menemukan adanya polutan ini dalam tinja orang-orang dari Eropa, Rusia, dan Jepang. Hasil penelitian ini memastikan bahwa manusia memang menelan mikroplastik dan menunjukkan beberapa mikroplastik dapat keluar dari tubuh.
Sayangnya, belum diketahui secara pasti dan masih berupa hasil penelitian dari hewan, apakah semua mikroplastik dapat dikeluarkan atau berlaku untuk jenis tertentu.
Berikut ini beberapa bahaya mikroplastik bagi kesehatan manusia:
- Menimbulkan reaksi alergi
- Kerusakan DNA
Baca Juga: Tumpukan Mikroplastik di Teluk Jakarta, Dampaknya Bagi Kesahatan Bila Dibiarkan
Source | : | national geographic,Femina.in,The Guardian,Plastic Health Coalition,Client Earth |
Penulis | : | Vanessa Nathania |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar