Sebab hal tersebut salah satu elemen dalam oprimaliasi masa 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), termasuk untuk pencegahan stunting.
“Stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak yang diakibatkan kurang gizi kronis serta infeksi berulang. Kondisi ini biasanya ditandai dengan tinggi badan anak yang berada di bawah standar.
Jika tidak ditangani dengan tepat, kondisi stunting pada anak dapat menyebabkan terganggunya perkembangan otak, metabolisme tubuh, dan pertumbuhan fisik.
Baca Juga: Cara Menyembuhkan Anak Stunting, Bisakah? Ini Penjelasan Dokter Anak
Untuk itu, peringatan Hari Gizi Nasional merupakan salah satu momentum yang tepat untuk mendukung memperbaiki gizi dengan mengedukasi masyarakat dalam pemenuhan asupan protein hewani.
Sebab, asupan ini memiliki peran besar menurunkan risiko stunting. Terlebih lagi Lombok memiliki beragam pangan potensial yang cukup terkait dengan protein hewani untuk memenuhi kebutuhan gizi anak, diantaranya Nyale (cacing laut), pangan laut (seperti ikan, udang, cumi-cumi, kerang), ayam, telur ,daging sapi dan susu sapi.” ujar dr. Ananta Fittonia Benvenuto, M.Sc, Sp.A.
Selain itu, lingkungan yang tidak higienis pun juga jadi sorotan, seperti buruknya fasilitas sanitasi, minimnya air bersih, dan terbatasnya pada akses layanan kesehatan bisa memengaruhi gizi anak, terutama yang tinggal didekat TPA.
“Anak-anak yang berada di lingkungan rentan terpapar penyakit infeksi seperti di TPA perlu dipastikan mendapat asupan makanan dengan gizi seimbang dan kaya protein hewani.
Hal tersebut penting, mengingat protein memainkan peran penting dalam memberi kekuatan pada sel T atau limfosit T tubuh, salah satu jenis sel darah putih yang bertugas melawan infeksi, baik bakteri maupun virus penyebab penyakit.
Ketahuilah, jika anak kekurangan asupan protein, maka akan menjadi lebih lemah dan rentan terkena penyakit.
Oleh karena itu, penting untuk mengonsumsi makanan yang kaya protein hewani agar daya tahan tubuh anak tetap kuat sehingga nutrisi bisa optimal mendukung tumbuh kembangnya.
Source | : | Siaran Pers |
Penulis | : | Rachel Anastasia |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar