GridHealth.id - Mengenal lebih jauh FPIES atau Food protein-induced enterocolitis syndrome.
Sindrom enterokolitis adalah bentuk alergi makanan non igE yang parah.
FPIES biasanya ditandai dengan muntah terus-menerus pada bayi, dimulai sekitar 1-4 jam setelah mengonsumsi makanan yang membuat alergi.
Selain itu gejala yang paling sering muncul adalah bayi tampak lesu, diare, hingga dehidrasi.
Sebagai catatan, alergi ini tidak menyebabkan ruam kulit atau masalah pernapasan.
Baca Juga: Kenali Tanda dan Gejala Alergi yang Muncul Akibat Bahan Pengawet atau Sulfit
Makanan pemicu paling umum FPIES adalah susu sapi, telur, ikan, serta buah-buahan dan sayuran.
Jadi pada dasarnya hampir semua makanan bisa memicu reaksi FPIES, tergantung tubuh masing-masing bayi.
Buah dan sayuran yang paling umum memicu alergi contohnya alpukat, pisang, dan ubi jalar.
Selain itu makanan lain seperti daging, kedelai, nasi dan gandum juga bisa memicu.
Sebuah penelitian di Inggris sempat menunjukkan bahwa FPIES adalah bentuk alergi makanan yang sangat langka.
Baca Juga: Anak Alergi Susu Sapi? Ini Solusi Agar Kebutuhan Nutrisi Anak Tetap Terpenuhi
Sekitar 70% bayi dengan FPIES hanya bereaksi pada satu makanan dan 20% terhadap dua makanan.
Oleh karena itu sangat tidak mungkin untuk memiliki banyak makanan yang menyebabkan FPIES.
Kondisi ini pun harus dikonsultasikan dengan ahli gizi terutama untuk makanan penggantinya.
Misal, alergi tulur yang merupakan sumber protein, makanan penggantinya apa yang setara.
Hingga saat ini tidak ada tes alergi yang bisa dengan pasti ataupun akurat memastikan FPIES.
Tes kulit dan tes darah untuk mengukur IgE tidak membantu, karena reaksinya tidak disebabkan oleh antibodi IgE.
Sehingga FPIES pun cukup sulit untuk diketahui.
Biasanya, dokter akan merekomendasikan tantangan makanan oral ketika riwayatnya tidak jelas, ataupun makanan-makanan yang sudah pernah jadi alergi pada anak-anak penyandang FPIES sebelumnya.
Perawatan pada FPIES pun tidak begitu khusus, mungkin hanya cairan intravena (IV) yang diperlukan jika bayi muntah berlanjut, diare, hingga dehirasi.
Umumnya, ahli gizi akan meminta kita sebagai orangtua untuk menghindari memberikan makananan pemicu pada bayinya.
Meskipun itu adalah makanan utama, sebagai orangtua kita tak perlu khawatir sebab ahli gizi akan mencoba menemukan alternatif pengganti makanannya.(*)
Baca Juga: Melahirkan dengan Metode ERACS di Tahun Baru, Tasya Kamila Sempat Mengalami Alergi Morphin
Source | : | AllergyUK - FPIES |
Penulis | : | Rachel Anastasia |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar