GridHEALTH.id - Tahukah, Di balik sisi positif pemakaian AC yang berfungsi mendinginkan ruangan guna kenyamanan pemakainya, AC dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Baik pencemaran sosial sebagai kebutuhan yang berubah menjadi gaya hidup maupun pencemaran udara akibat masih banyak dipakainya bahan CFC pada AC saat ini.
Dimana hasil rekayasa manusia ini dapat menimbulkan bahaya pemanasan global dan penipisan lapisan ozon.
Dari sisi kesehatan, penggunaan AC bisa menimbulkan sick building syndrome (SBS) atau sindrom penyakit bangunan.
Penyakit tersebut banyak menyerang manusia yang berada dalam ruangan AC atau berpendingin dalam waktu yang lama.
Penyakit tersebut disebabkan karena ruangan yang lembab dengan sirkulasi udara yang tidak sehat.
Baca Juga: Hanya BPJS Kesehatan yang Punya, Cukup dengan KTP Berobat Gratis
Beberapa gejala SBS adalah kepala pusing, sesak napas, mual, influenza, mengantuk, kelelahan, dan gangguna kulit, serta dehidrasi kulit.
Menganai permasalahan dampak kesehatan dari AC, melansir laporan yang dimuat dalam International Journal of Epidemiology, disebutkan bahwa kondisi pernapasan dapat memburuk pada ruangan yang berpendingin karena tempat tersebut menjadi tempat berkembangnya mikroorgnaisme dan jamus.
Selain itu, ruangan berpendingin udara dapat menimbulkan beberapa penyakit, seperti iritasi tenggorokann, infeksi telinga, mata kering, dan reaksi alergi.
Menurut GSI Lab, individu yang sering dan terlalau lama berada di ruang ber AC pun berisiko mengalami masalah kesehatan berikut ini, dan semuanya berat.
Jika posisi kita cukup berhadapan dengan AC atau memunggungi, ada beberapa masalah kesehatan yang paling mungkin mengancam. Seperti bell’s palsy atau kelumpuhan sebagian wajah, bahu beku hingga sakit leher dan masuk angin yang bisa mengacu pada bahaya angina (angin duduk).
Baca Juga: Pengganti PeduliLindungi, SATUSEHAT Mobile Memantau Kesehatan Tiap Individu RealTime
Menurut penelitian Global News, orang yang bekerja dalam ruangan ber-AC lebih mudah mengalami kelelahan dan sakit kepala kronis. Selain itu juga ada kemungkinan negatif lain saat berada terlalu lama pada ruang ber-AC seperti iritasi lendir konstan dan sesak napas. Ini dapat menyebabkan kita mudah terserang flu.
Rasa lelah dan sakit kepala secara terus menerus ini sering juga disebut sebagai sick building syndrome yang memiliki gejala khas seperti alergi, sesak, dan mudah mengantuk.
Penyebab tambahan bisa timbul oleh kontak dengan senyawa yang mudah menguap, seperti formaldehida dari karpet, tirai dan perangkat elektronik, atau bahan kimia pembersih.
Saat berada pada ruang ber-AC banyak dari kita mengalami kulit kering. Tidak perlu heran, Dr. B. Lakshmi Divya, konsultan dermatologis, mengungkapkan suhu dingin pada AC memang dapat mengganggu keseimbangan kelembaban kulit.
Benar AC dapat menyelamatkan kita dari cuaca panas atau siang hari yang sedang terik-teriknya. Akan tetapi perlu diketahui bahwa AC dapat menyebarkan kuman mikroorganisme pemicu masalah bagi pernapasan.
Baca Juga: 5 Cara Alami Atasi Ambeien Tanpa Perlu Langsung Minum Obat-obatan
Berdasarkan studi oleh peneliti Louisiana State Medical Center, Amerika Serika, mereka menemukan delapan jenis jamur yang dapat hidup di 22 dari 25 mobil yang diuji. Pemakaian AC juga terkait dengan pneumonitis, yaitu peradangan pada paru-paru oleh alergi terhadap debu atau partikel lain, seperti serbuk jamur.
Terakhir, saat kita banyak menghabiskan waktu pada ruangan ber-AC tubuh semakin tidak toleran terhadap cuaca panas. Kemungkinan dikarenakan tubuh kesulitan dan stress saat berada pada lingkungan yang sejuk ke suhu yang panas terik.
Menurut The Cut, peneliti menyebut fenomena ini sebagai model adaptif di mana suhu ideal tubuh bergantung pada suhu yang sering dialami. Jika kita terbiasa pada kehangatan atau panas kita mudah menyesuaikan dengan kehangatan, begitu juga sebaliknya.
Sebenarnya, di ruangan AC yang memiliki kecenderungan udara berputar di satu ruangan, berkontribusi akan penyebaran virus yang beragam.
Namun di masa pandemi ini, perlu diingat bahwa virus Covid-19 telah bermutasi dan dapat lebih cepat menular. Oleh karena itu, durasi, jarak dan ventilasi menjadi kunci untuk mencegah penyebaran virus untuk wilayah indoor.
Baca Juga: Konsumsi Minyak Bunga Matahari Efektif Turunkan Berat Badan, Benarkah? CEK FAKTNYA!
Dalam mengatasi dampak-dampak tersebut, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan ketikan meletakan pendingin udara.
* Pertama, udara yang berasal dari pendingin jangan diarahkan langsung ke kepala dan badan. Hal ini supaya meminimalkan terjadinya gangguan pernapasan.
* Kedua, letakkan pendingin minimal 15 centimeter dari plafon. Hal ini supaya udara dapat diambil secara maksimal oleh AC.
* Ketiga, letakkan pendingin udara dengan tempat yang mudah untuk mengakses pipa air dan kabel listrik.
* Keempat, selalu perhatikan ventilasi udara sebelum memasang AC pada suatu ruangan.
* Kelima, keluar ruang ber AC paling tidak 3 jam sekali, selama 10-30 menit.(*)
Baca Juga: Mencegah Asam Lambung Kambuh dengan Teknik Mengator Pola Makan
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar