Sehingga, satu-satunya cara untuk mengetahui risiko tersebut adalah dengan memastikan responsif pasien dengan pengobatan.
Kendala yang dihadapi di Tanah Air, yakni kurangnya kesadaran masyarakat terhadap gejala TBC yang masih rendah.
Kondisi ini dapat menghambat tindakan pencarian pelayanan kesahatan untuk mendeteksi TB-RO secara dini.
"Meskipun membutuhkan keberanian ekstra bagi pasien TB untuk menjalani tes resistensi obat, memberanikan diri untuk menjalani TB-RO adalah cara terbaik bagi mereka untuk sembuh dalam waktu yang diperkirakan," kata Budi Hermawan, Ketua Perhimpunan dan Organisasi Pasien TB Indonesia dan Penyintas TB-RO, dalam siaran pers yang diterima GridHEALTH.id (20/3/2023).
"Pengalaman pribadi saya mengajarkan saya bahwa peralatan medis yang canggih untuk pemeriksaan TB-RO berkontribusi pada diagnosis yang akurat, cepat, dan menjadi variabel utama dalam upaya saya untuk sembuh dari TB," sambungnya.
Bertepatan dengan peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia, Illumina dan GenoScreen meluncurkan Next Generation Sequencing (NGS).
Hal ini bertujuan untuk memperluas akses terhadap pengujian genome dan memungkinkan pengobatan yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing pasien Tuberkulosis.
"Sebagai ahli dalam solusi genomik TB global, kami percaya kemitraan dengan Illumina akan mempercepat penyebaran global uji Deeplex Myc-TB kami, terutama untuk negara-negara yang membutuhkan," kata Andre Tordeux CEO GenoScreen.
Alat ini bekerja dengan menggunakan pendekatan berbasis kultur bebas, sehingga mampu mengindentifikasi mikobakteri TB dan lebih dari 100 spesies mikrobakteri non-TB.
Tak hanya itu, dapat juga memprediksi resitensi seseorang terhadap 15 antibiotik dalam kurun waktu 24 hingga 48 jam, dari sampel pernapasan primer.
Penerapan alat ini diharapkan dapat bermanfaat bagi program pemberatasan TB secara nasional maupun global. (*)
Source | : | Siaran Pers |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar