Meski begitu menurutnya, tetap ada perbedaan dari pengeluaran yang dilakukan untuk mendapatkan perawatan.
"Orang-orang di negara-negar termiskin menghabiskan proporsi yang jauh lebih besar dari pendapatan mereka untuk satu siklus IVF (fertilitasasi in vitro) atau perawatan kesuburan dibandingkan dengan negara-negara kaya," kata Mburu.
Pencegahan, diagnosis, dan pengobatan infertilitas seperti IVF, masih sulit diakses oleh banyak orang karena biayanya yang tinggi, stigma, dan ketersediaan terbatas.
Direktur Jenderal WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, laporan ini bisa menjadi acuan untuk memperluas akses perawatan kesuburan.
"Sebagian besar orang yang terkena dampak menunjukkan perlunya memperluas akses ke perawatan kesuburan," kata Tedros Ghebreyesus dikutip dari situs resmi WHO.
"Dan memastikan masalah ini tidak lagi dikesampingkan dalam penelitian dan kebijakan kesehatan, sehingga cara yang aman, efektif, dan terjangkau untuk menjadi orangtua tersedia bagi mereka yang mencarinya," sambungnya.
Saat ini, perawatan kesuburan biayanya ditanggung sendiri. Orang-orang yang tinggal di negara berpenghasilan rendah, merasa kesulitan untuk mendapatkannya.
"Jutaan orang menghadapi bencana biaya perawatan kesehatan setelah mencari pengobatan untuk infertilitas, menjadikan masalah ini ekuitas utama dan terlalu sering, perangkap kemiskinan medis bagi mereka yang terkena dampaknya," jelas Dr Pascale Allotey, Direktur Kesehatan dan Penelitian Seksual dan Reproduksi WHO.
Negara diharapkan dapat meningkatkan akses masyarakat ke pengobatan untuk mengatasi permasalahan ini dan masalah baru yang muncul setelahnya.
"Kebijakan dan pembiayaan publik yang lebih baik dapat secara signifikan meningkatkan akses ke pengobatan dan sebagai hasilnya melindungi rumah tangga yang lebih miskin agar tidak jatuh ke dalam kemiskinan," pungkasnya.
Kemandulan dialami oleh beberapa orang dewasa secara global, akses ke pengobatan yang sulit menjadi salah satu alasan hal ini tak teratasi. (*)
Baca Juga: Efek Penyakit Crohn Pada Kesuburan Wanita, Simak Penjelasannya Disini!
Source | : | CNN,WHO,Planned Parenthood |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Poetri Hanzani |
Komentar