Tujuannya jelas, untuk mengurangi risiko berkembangnya gejala TIA.
Perubahan gaya hidup ini mencakup berhenti merokok, rutin berolahraga, dan megonsumsi makanan sehat atau bergizi seimbang.
Konsumsi atau terapi obat-obatan bertujuan untuk mengurangi risiko stroke akibat TIA.
Obat-obatan yang diberikan seperti obat pengencer darah, misalnya aspirin atau coumadin, untuk mengurangi pembekuan darah.
Di samping itu, ada pula obat antihipertensi, obat statin, atau obat antikaogulan yang mungkin diberikan oleh dokter.
Menurut ahli di American Stroke Association, beberapa penyebab TIA hanya bisa terlihat lewat pemeriksaan atau peralatan khusus di rumah sakit.
Ketika TIA terjadi pada orang muda tanpa faktor risiko yang jelas, mereka mungkin dikirim ke ahli saraf untuk menelisik kondisinya lebih jauh.
Ahli saraf nantinya akan melakukan tindakan ketika penyebabnya sudah diketahui.
Misalnya, menyingkirkan vasculitis (peradangan pada pembuluh darah), diseksi arteri karotis, atau infeksi lainnya.
Cara mengatasi stroke ringan juga bisa melalui operasi.
Operasi ini biasanya dilakukan pada mereka yang mengalami penyumbatan arteri leher.
Baca Juga: Sering Makan Kuah Bersantan? Ini Bahaya Santan Bagi Penderita Hipertensi
Prosedur ini disebut dengan endarterektomi.
Masyarakat juga diharapkan lebih berdaya dan produktif melalui kesiapsiagaan dan berperilaku hidup sehat.
Meski stroke sangat berbahaya, untungnya penyakit ini masih bisa dicegah lewat beragam cara.
Jika sudah menunjukkan gejalanya, segera kunjungi dokter.
Hal itu bertujuan agar penyakit stroke ini tidak semakin parah dan menyebar.
Baca Juga: Hati-hati Sering Buka Puasa Pakai Gorengan, Risiko Penyakit Jantung Meningkat!
Source | : | WHO,National Institute of Health,Kemkes.go.id |
Penulis | : | Magdalena Puspa |
Editor | : | Poetri Hanzani |
Komentar