GridHEALTH.id - Penyakit autoimun dapat menyerang siapa saja, termasuk pada anak-anak.
Sistem imun memiliki tugas untuk melawan benda asing yang masuk ke tubuh seperti bakteri, virus, atau yang lainnya. Sehingga kuman-kuman tersebut tidak bisa menyebabkan penyakit.
Akan tetapi menurut Boston Children Hospital, pada anak-anak yang mengidap penyakit autoimun, sistem kekebalan mereka justru keliru dan mulai menyerangan sel serta jaringan sehat, lalu tidak bisa menghentikan serangannya.
Gejala yang sering dilaporkan berupa kelelahan dan ruam ringan. Pada kasus yang lebih serius, mungkin saja terjadi kejang.
Diagnosis cenderung sulit dilakukan karena gejalanya yang tidak spesifik dan menyerupai dengan jenis penyakit lainnya.
Secara umum, autoimun yang terjadi pada anak dibagi ke dalam dua kategori yakni yang spesifik menyerang organ atau jaringan dan yang tidak.
Adapun jenis penyakit autoimun yang paling sering ditemukan terjadi pada anak-anak antara lain.
Dilansir dari laman New Bridge Wellness, penyakit ini paling sering didiagnosis pada anak, umumnya anak berusia 3 tahun ke bawah.
Penting diketahui, rata-rata penyakit ini terjadi setelah anak dikenalkan dengan gandum atau gluten, sekitar usia 6-9 bulan. Beberapa anak juga bisa mengembangkan kondisi ini beberapa tahun kemudian.
Gejala yang sering terjadi jika anak mengalami jenis penyakit autoimun ini meliputi nafsu makan menurun, sembelit, sakit perut, diare, kembung, kram perut, mual, muntah, dan kelelahan.
Bila kondisinya parah, ini akan diawali dengan diare yang berlangsung lama selama beberapa hari dan diikuti oleh penurunan berat badan serta dehidrasi.
Baca Juga: Kenali Ciri-ciri Penyakit Autoimun pada Wanita dan Cara Mencegahnya
Autoimun pada anak selanjutnya adalah diabetes tipe 1, yang sering disebut juga sebagai juvenile diabetes dan kebanyakan ditemukan saat usia remaja.
Penyakit autoimun ini cenderung langka. Tapi, diabetes tipe 1 terjadi saat pankreas anak hanya menghasilkan sedikit atau tidak sama sekali insulin, yang berguna untuk mengubah gula darah menjadi energi.
Gejala yang sering terjadi yakni kelelahan ekstrim, sakit perut, mual, muntah, rasa haus ekstrem, dan berat badan turun.
Penyakit ini bertahan lama dan membuat anak memerlukan pengobatan seumur hidup. Kondisi ini menyebabkan nyeri sendi, pembengkakan, peradangan, dan kekakuan.
Gejalanya antra lain kelelahan, kemerahan atau hangat di sekitar sendi, peradangan mata, pembengkakan sendi, dan kekakuan.
Tanda-tanda tersebut bisa menjadi sangat parah ketika anak bangun tidur pagi hari atau setelah tidur siang.
Lupus anak paling sering terdeteksi saat mulai memasuki usia remaja, sekitar 12 tahun. Tapi ada juga yang terjadi pada anak yang lebih muda, berusia di bawah 5 tahun.
Ketika anak mengidap lupus, maka si kecil akan merasakan nyeri sendi yang parah, demam, ruam, dan kerusakan organ.
Anak yang mengidap lupus mungkin akan merasakan gejala seperti kemerahan pada pipi atau hidung, ruam berbentuk cakram di area yang tampak terangkat, ruam kulit setelah terpapar matahari, rambut rontok, luka mulut, dan nyeri sendi.
Ini merupakan penyakit langka di mana kelenjar adrenal tidak berfungsi dengan baik, menyebabkan gangguan hormonal. Ini akan memengaruhi kemampuan tubuh merespons stres fisik.
Penyakit ini terjadi saat tubuh memproduksi hormon kortisol yang sedikit, sedangkan produksi aldosteron terlalu banyak.
Baca Juga: Kenali Ciri-ciri Penyakit Autoimun pada Wanita dan Cara Mencegahnya
Gejalanya antara lain tubuh anak yang lemah, kelelahan, pusing, warna kulit yang menggelap (diawali dari tangan dan wajah), berat badan turun, dan hilang nafsu makan.
Ini adalah penyakit autoimun pada anak yang memengaruhi saluran pencernaan. Termasuk jenis radang usus (IBD), di mana satu atau lebih bagian saluran usus anak meradang.
Tandanya pada setiap anak berbeda. Gejala yang umum termasuk demam yang tidak dapat dijelaskan dan diare yang disertai darah atau tanpa darah.
Dalam kondisi tertentu anak mungkin juga kehilangan berat badan, ruam di kulit, dan sakit perut terutama di bagian kanan bawah.
Multiple sclerosis adalah penyakit autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap sistem saraf pusat yang meliputi otak, sumsum tulang belakang, dan saraf optik.
Anak dengan kondisi ini sering kelelahan, pandangan kabur, kesemutan, sulit konsentrasi, mengalami masalah saat belajar dan mengingat, serta rentang perhatian yang pendek.
Jenis penyakit autoimun yang menyebabkan terbentuknya jaringan parut di kulit, persendian, dan organ dalam lainnya.
Gejala yang timbul mulai dari penebalan dan pembengkakan di ujung jari, nyeri sendi, kekakuan pada pagi hari, hingga luka pada ujung jari serta buku jari.
Sayangnya sampai saat ini berkembangnya penyakit-penyakit tersebut masih belum bisa dicegah.
Orangtua perlu memberikan perhatian ekstra kepada anak, terutama jika salah satu anggota keluarga ada yang mengidap penyakit autoimun.
Perawatan yang tepat juga dibutuhkan, karena anak dengan kondisi ini berisiko tinggi untuk mengalami jenis penyakit autoimun lainnya. (*)
Baca Juga: 7 Penyebab Biduran Salah Satunya karena Autoimun, Ini Penjelasannya!
Source | : | Boston Children's Hospital,New Bridge Wellness |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Poetri Hanzani |
Komentar