Selain itu, kemampuan kognitif juga berhubungan dengan kreativitas, bahasa, dan kemampuan mengingat sesuatu. Ini akan berpengaruh pada keberhasilannya di sekolah.
"Otak merupakan organ tubuh yang paling cepat mengalami kerusakan apabila anak mengalami masalah gizi. Otak merupakan pusat saraf yang berpengaruh terhadap respons anak untuk melihat, mendengar, berpikir, dan melakukan gerakan," jelas Ira.
Lebih lanjut, Ira menjelaskan bahwa rata-rata anak yang mengalami kondisi ini mempunyai rasa ingin tahu yang lebih rendah dan kelemahan motorik karena proses pematangan neuron serta perubahan struktur dan fungsi otak terganggu.
Penelitian menunjukkan, kebutuhan nutrisi yang kurang baik hingga anak berusia 2 tahun, dapat memengaruhi sel otak sekitar 15-20 persen.
Padahal, nilai IQ merupakan indikator perkembangan otak. Di mana skor IQ pada anak stunting lebih rendah dibanding anak-anak yang tak mengalaminya.
"Pendapat ini didukung oleh pernyataan UNICEF bahwa anak dengan kondisi stunting memiliki IQ 11 poin lebih rendah dibandingkan rata-rata anak yang tidak mengalami stunting," pungkasnya.
Kekurangan gizi yang terjadi pada periode emas tidak bisa diperbaiki dan dampaknya akan berlanjut pada kehidupan anak ke depannya.
Oleh karena itu, pencegahan memang penting untuk dilakukan oleh orangtua sejak dini.
Mengutip laman Genbest, ini bisa dilakukan dengan memperbaiki status gizi calon ibu, bahkan sejak remaja.
Kemudian, menjaga pola hidup yang sehat dan mengonsumsi makanan bergizi seimbang. Tablet tambah darah (TTD) juga tak kalah penting untuk rutin diminum, sejak remaja putri menstruasi.
Ketika sudah melahirkan, mencegah stunting dapat dilakukan dengan memberikan ASI eksklusif, pemberian MPASI yang bergizi, dan meningkatkan imunitas melalui imunisasi sesuai jadwal. (*)
Baca Juga: Pentingnya Menjaga Imunitas Anak, Salah Satu Faktor Cegah Stunting
Source | : | Kompas.com,Genbest.id |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Poetri Hanzani |
Komentar