GridHEALTH.id - Bicara tentang stunting, dampaknya bagi anak yang paling sering dibicarakan adalah tinggi badan yang tidak sesuai standarnya.
Anggapan tersebut memang benar adanya, karena stunting pada anak menyebabkan tumbuh kembang anak terhenti.
Namun tak hanya persoalan tinggi badan, kondisi ini ternyata juga dapat berdampak pada peluang kecerdasan penderita stunting.
Perlu diketahui, dalam kehidupan anak terdapat periode emas yang terjadi pada 1.000 hari pertama kehidupan anak, mulai dari dalam kandungan hingga berusia 2 tahun.
Pada periode emas, pertumbuhan otak anak berjalan dengan sangat pesat dan ini mendukung tumbuh kembangnya.
Sayangnya, stunting menyebabkan perkembangan otak dan tumbuh kembangnya terhambat. Pada akhirnya, daya pikir anak pun berisiko melambat.
Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya Ira Purnamasari menjelaskan, kekurangan gizi yang terjadi selama periode emas tidak dapat diperbaiki di masa kehidupan berikutnya.
"Karena mengalami kekurangan gizi menahun, anak stunting tumbuh lebih pendek dari standar tinggi balita seumurnya," dikutip dari Kompas (5/12/2022).
Ia juga mengatakan, kemampuan berpikir anak stunting juga cenderung lebih lambat dibandingkan dengan anak seusianya.
"Beberapa penelitian membuktikan bahwa terdapat pengaruh stunting terhadap perkembangan kognitif dan prestasi belajar anak," jelasnya.
Perkembangan kognitif ini meliputi keterampilan berpikir anak termasuk belajar dan mengatasi tantangan atau memecahkan masalah.
Baca Juga: Dampak Stunting Saat Anak Dewasa: Implikasi Jangka Panjang, Kualitas Hidup
Selain itu, kemampuan kognitif juga berhubungan dengan kreativitas, bahasa, dan kemampuan mengingat sesuatu. Ini akan berpengaruh pada keberhasilannya di sekolah.
"Otak merupakan organ tubuh yang paling cepat mengalami kerusakan apabila anak mengalami masalah gizi. Otak merupakan pusat saraf yang berpengaruh terhadap respons anak untuk melihat, mendengar, berpikir, dan melakukan gerakan," jelas Ira.
Lebih lanjut, Ira menjelaskan bahwa rata-rata anak yang mengalami kondisi ini mempunyai rasa ingin tahu yang lebih rendah dan kelemahan motorik karena proses pematangan neuron serta perubahan struktur dan fungsi otak terganggu.
Penelitian menunjukkan, kebutuhan nutrisi yang kurang baik hingga anak berusia 2 tahun, dapat memengaruhi sel otak sekitar 15-20 persen.
Padahal, nilai IQ merupakan indikator perkembangan otak. Di mana skor IQ pada anak stunting lebih rendah dibanding anak-anak yang tak mengalaminya.
"Pendapat ini didukung oleh pernyataan UNICEF bahwa anak dengan kondisi stunting memiliki IQ 11 poin lebih rendah dibandingkan rata-rata anak yang tidak mengalami stunting," pungkasnya.
Kekurangan gizi yang terjadi pada periode emas tidak bisa diperbaiki dan dampaknya akan berlanjut pada kehidupan anak ke depannya.
Oleh karena itu, pencegahan memang penting untuk dilakukan oleh orangtua sejak dini.
Mengutip laman Genbest, ini bisa dilakukan dengan memperbaiki status gizi calon ibu, bahkan sejak remaja.
Kemudian, menjaga pola hidup yang sehat dan mengonsumsi makanan bergizi seimbang. Tablet tambah darah (TTD) juga tak kalah penting untuk rutin diminum, sejak remaja putri menstruasi.
Ketika sudah melahirkan, mencegah stunting dapat dilakukan dengan memberikan ASI eksklusif, pemberian MPASI yang bergizi, dan meningkatkan imunitas melalui imunisasi sesuai jadwal. (*)
Baca Juga: Pentingnya Menjaga Imunitas Anak, Salah Satu Faktor Cegah Stunting
Source | : | Kompas.com,Genbest.id |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Poetri Hanzani |
Komentar