Setelah masa inkubasi, gejala awal rabies biasanya mirip dengan flu, seperti demam, sakit kepala, dan kelelahan.
Namun, segera setelah gejala ini muncul, penyakit ini berkembang dengan cepat dan menyebabkan gejala yang lebih parah.
Penderita rabies mungkin mengalami gelisah, kecemasan, dan kesulitan tidur.
Gejala selanjutnya meliputi kejang-kejang, kesulitan menelan, peningkatan produksi saliva, dan kontraksi otot yang tidak terkontrol.
Salah satu gejala khas rabies adalah hidrofobia, yaitu ketakutan yang berlebihan terhadap air atau rasa cemas yang tak terkendali saat berada di dekat air.
Hidrofobia ini terjadi karena kontraksi otot yang kuat saat penderita mencoba menelan atau minum air.
Hidrofobia pada penderita rabies tidak berarti takut terhadap air itu sendiri, melainkan takut atau kesulitan untuk menelan atau mengonsumsi air.
Kontraksi otot yang kuat yang disebabkan oleh virus rabies membuat proses menelan menjadi sangat menyakitkan dan sulit, sehingga membuat penderita merasa takut atau cemas saat berada di dekat air atau saat mencoba minum air.
Hidrofobia merupakan salah satu gejala khas rabies dan dapat menjadi tanda yang jelas bagi dokter untuk mendiagnosis penyakit ini.
Namun, mengapa virus rabies menyebabkan hidrofobia? Hal ini terkait dengan cara virus tersebut menginfeksi sistem saraf pusat dan otak.
Virus rabies menyebar melalui saraf tepi menuju otak dan mempengaruhi area yang bertanggung jawab atas kontrol motorik, termasuk otot-otot yang terlibat dalam menelan.
Ketika virus rabies menginfeksi otot-otot ini, ia menyebabkan kejang dan kontraksi otot yang tidak terkontrol.
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Komentar