GridHEALTH.id - Polusi udara menjadi topik hangat yang diperbincangkan selama satu bulan terakhir.
Kualitas udara Jakarta yang buruk, menyebabkan sejumlah orang mengalami masalah kesehatan.
Utamanya berkaitan dengan saluran pernapasan, seperti batuk yang disertai tenggorokan gatal.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menangkal polusi udara adalah dengan menerapkan work from home (WFH).
Di mulai sejak Senin (21/8/2023), sekitar 50 persen aparatur sipil negara (ASN) Pemprov DKI bekerja di rumah.
WHF di Jakarta ini, diketahui berlangsung selama dua bulan, dari Agustus hingga Oktober mendatang.
Tujuan dari bekerja di rumah yang dilakukan oleh para ASN ini, adalah untuk mengurangi pencemaran udara dan kemacetan.
"Tujuannya (WFH) apa? Agar dia (ASN) tidak mondar-mandir dan dia tidak boleh ke mana-mana," jelas Heru, dikutip dari Kompas (21/8/2023).
Selain gara-gara polusi, diketahui pemberlakuan WFH juga dilakukan untuk mendukung penyelenggaraan KTT ASEAN yang digelar pada 5-7 September 2023 di Jakarta.
Lantas, bagaimana dampak WFH Jakarta? Apakah sudah berhasil memperbaiki kualitas udara?
Sudah berjalan kurang lebih 5 hari, nampaknya kebijakan bekerja dari rumah belum memberikan perubahan yang signifikan.
Baca Juga: Penerapan WFH untuk Atasi Polusi Tuai Pro Kontra, Ketahui Keuntungan dan Kerugiannya Bagi Mental
Pagi ini, pada Jumat (25/8/2023), kualitas udara di Jakarta masuk kategori tidak sehat.
Indeks kualitas udaranya berkisar di angka 155 AQI US dengan konsentrasi polutan PM 2.5.
Data tersebut diketahui bersumber dari hasil pengamatan yang dilakukan pada pukul 06.00 WIB.
"Konsentrasi PM2.5 di Jakarta saat ini 12,8 kali nilai panduan kualitas udara tahunan WHO," penjelasan di situs resmi IQAir.
Kualitas udara yang kurang dan tidak sehat pun juga terjadi pada hari-hari sebelumnya.
Pada Selasa (22/8/2023), indeks kualitas udara berkisar di angka 158 AQI US dengan polutan utama PM2.5.
Rabu (23/8/2023), dilaporkan air quality index yakni 155 AQI US, yang artinya tidak sehat untuk semua orang.
Sedangkan pada Kamis (24/8/2023), kualitas udara di Jakarta tergolong tidak sehat bagi kelompok sensitif karena berada di angka 144 AQI US dan konsentrasi polutan PM2.5.
Melihat kondisi ini, masyarakat khususnya yang beraktivitas di wilayah Jabodetabek perlu menjaga kesehatannya.
Mengingat, polusi udara tinggi tidak baik untuk kesehatan dan bisa menimbulkan masalah kesehatan yang tidak hanya menyerang saluran pernapasan, tapi juga organ tubuh lainnya.
Penggunaan masker ketika beraktivitas di luar, merupakan cara utama dalam melindungi diri dari paparan polusi. (*)
Baca Juga: Kualitas Udara Tidak Sehat, Perlukah Kembali WFH? Ini Kata Pakar
Source | : | Kompas.com,iqair.com |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Poetri Hanzani |
Komentar