Ia juga menyarankan untuk tidak sembarangan mencium anak, karena bakteri pneumokokus akan dengan mudah berpindah ke saluran napas bayi.
Sirkulasi yang baik dapat membuat pertukaran udara berjalan dengan baik, sehingga kuman tidak bisa berkembang biak di ruangan tersebut.
Cara mencegah pneumonia yang lainnya adalah memberikan air susu ibu (ASI) secara ekslusif ke anak.
Selain itu, makanan pendamping ASI, profesor Soedjatmiko menyarankan untuk lebih banyak memberikan protein dibanding serat.
"Masih banyak orangtua yang keliru, bahkan bangga sekali anak saya makan buahnya banyak. Buah dan sayur pada bayi atau balita cukup sedikit yang dibutuhkan. Protein (berfungsi) untuk membentuk otak, otot, dan sistem kekebalan," ujarnya.
Dokter sekaligus Magister Sains Psikologi Perkembangan ini, juga mengingatkan agar jadwal imunisasi anak dilengkapi. Terutama jenis vaksin PCV.
Terdapat beberapa jenis vaksin PCV, yakni PCV10, PCV13, dan yang terbaru PCV15 yang dapat melindungi dari 15 macam serotipe pneumokokus. Jenis vaksin tersebut masuk dalam Program Imunisasi Nasional, yang dapat diberikan pada bayi berusia 2 bulan, 3 bulan, dan 12 bulan secara gratis.
Menghindari dampak yang serius dari infeksi ini, ketika anak mengalami gejala pneumonia seperti demam, batuk, dan napas cepat harus segera berobat.
Orangtua dapat menghitung laju napas anak, saat Si Kecil dalam keadaan tenang dan beristirahat.
"Beberapa studi di berbagai negara, ternyata keterlambatan berobat menyebabkan angka kematian pneumonia itu juga lebih tinggi. Kalau terlambat berobat, juga keburu menularkan ke orang lain," pungkasnya. (*)
Baca Juga: Bisa Mengganggu Tumbuh Kembang, 7 Gejala Diabetes Pada Anak Ini Harus Diwaspadai
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Komentar