Terkait kondisinya, ia mengatakan sudah pergi ke psikiater, akan tetapi merasa belum perlu melakukan terapi atau pengobatan.
Pasalnya, saat ini dia sudah bisa makan nasi, meskipun bukan nasi putih melainkan nasi merah.
"Cuma aku masih suka kesulitan kalau makan di luar (rumah) karena nasi merah jarang sekali disediakan di rumah makan," katanya.
Karena itu, ketika berada di luar rumah dirinya lebih memillih memesan menu selain nasi.
Sebelumnya ketahui dulu apa yang dimaksud dengaj fobia.
Psikolog klinis Ellyana Dwi Farisandy, M.Psi, mengatakan kepada GridHEALTH, Jumat (17/11/2023), "Fobia adalah perasaan cemas berlebihan yang terjadi pada seseorang mengenai situasi atau objek tertentu."
Ini berbeda dengan rasa takut. Cemas berkaitan dengan kemungkinan bahaya di masa depan yang belum tentu terjadi.
Sementara rasa takut, merupakan reaksi yang muncul saat hal berbahaya benar-benar terjadi.
Untuk mengatasi fobia, dosen psikologi di Universitas Pembangunan Jaya ini, menjelaskan ada beberapa intervensi yang dilakukan oleh psikolog dengan orang yang mengalaminya.
Misalnya saja metode exposure theraphy hingga CBT (Cognitive Behavior Therapy).
"Exposure therapy merupakan intervensi dimana individu akan secara bertahap dihadapkan pada hal-hal, situasi dan aktivitas yang dicemaskan," jelasnya.
"CBT merupakan intervensi dimana individu belajar untuk mengenali pemikiran irasional mengenai phobia individu," sambungnya.
Pada terapi tersebut orang yang mengalami fobia akan menatang pikiran rasionalnya dan menggantikannya dengan pemikiran yang lebih rasional. (*)
Baca Juga: 4 Jenis Fobia Menyeramkan, Salah Satunya Kerap Disalah Artikan Sebagai OCD
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Komentar