GridHEALTH.id - Keringat merupakan respons alami tubuh terhadap suhu yang meningkat atau aktivitas fisik yang intens.
Ini diproduksi secara alami oleh kelenjar yang berada di lapisan paling dalam kulit.
Berfungsi untuk mengontrol suhu tubuh. Ketika air dalam keringat menguap, maka permukaan kulit terasa dingin.
Fungsi lain dari keringat adalah membantu telapak tangan agar bisa menggenggam dengan baik.
Pada beberapa orang, jumlah keringat yang dihasilkan terkadang berlebihan. Itu bahkan terjadi saat tidak melakukan aktivitas berat atau suhu udara tidak panas.
Kondisi keringat berlebih dalam medis dikenal dengan nama lain hiperhidrosis.
Ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang mengalami kondisi ini, meliputi:
Keringat berlebih ternyata dapat diturunkan dalam keluarga dari kedua orangtua.
Jika salah satu atau kedua orangtua hiperhidrosis, maka sangat mungkin anaknya memiliki kecenderungan mengalami kondisi yang sama.
Hiperhidrosis seringkali berkaitan dengan gangguan kelenjar keringat, terutama kelenjar keringat berlebih (kelenjar ekrin).
Terjadinya gangguan pada kelenjar keringat, menyebabkan hasil yang diproduksi melebihi kebutuhan tubuh.
Baca Juga: Jangan Biasakan Memakai Baju yang Basah Keringat, Ini Bahayanya yang Tidak Terduga
Faktor psikologis seperti stres dan kecemasan, juga berpengaruh terhadap produksi keringat.
Sistem saraf yang teraktivasi dapat merangsang keringat, bahkan dalam situasi yang tidak memerlukan pendinginan tubuh.
Beberapa obat untuk menangani sejumlah penyakit, ternyata mempunyai efek samping kering berlebih.
Contohnya saja obat antidepresan atau penurun tekanan darah, yang memiliki potensi untuk memengaruhi aktivitas kelenjar keringat.
Perubahan hormon yang terjadi selama kehamilan, menopause, atau pada masa pubertas dapat memicu peningkatan produksi keringat.
Beberapa kondisi medis seperti diabetes, hipertiroidisme, dan infeksi dapat menyebabkan keringat berlebih.
Penting untuk mengetahui kondisi medis yang mendasari dengan berkonsultasi dengan profesional.
Agar produksi keringat berkurang, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah menggunakan antiperspiran dengan kandungan aluminium.
Selain itu, lakukan perubahan gaya hidup dengan mengelola stres, mengadopsi pola makan sehat, dan hindari pemicu keringat berlebih.
Pada kondisi yang khusus, misalnya stres atau kecemasan, terapi psikologis mungkin dibutuhkan.
Misalnya melakukan cognitive-behavioral therapy (CBT) yang dapat membantu mengatasi faktor psikologis yang terlibat. (*)
Baca Juga: Keringat Dingin pada Bayi, Bisa Gejala Hipoglikemia hingga Penyakit Jantung Bawaan
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Poetri Hanzani |
Komentar