Nikotin yang masuk ke tubuh dan menuju ke otak, akan melepaskan dopamin sehingga membuat seseorang lebih bahagia dan suasana hati lebih baik.
Namun jangan terlena, karena nikotin mempunyai sifat adiksi, sehingga membuat seseorang ketergantungan.
Jumlah nikotin yang terkandung dalam vape memang tidak sebanyak rokok konvensional. Akan tetapi, ini tetap bukan hal yang baik.
Sifat adiksinya, membuat seseorang ingin mendapatkan lebih dari yang ada di vape, sehingga tak jarang ditemukan pengguna vape yang juga merokok konvensional.
"Sama-sama mengandung nikotin, yang sebenarnya bahan-bahan berbahaya itu dalam level berpapun enggak aman untuk tubuh. Enggak bisa dibilang karena sedikit (kandungan nikotinnya) aman bagi tubuh," tegas dokter Feni.
Selain nikotin, terdapat zat berbahaya lainnya, terutama dari aerosol atau uap yang dihasilkan dari vape yang bersifat karsinogenik.
"Di aerosol (asap vape) ada nikotin, propilen glikol, perasa, formaldehide, bahan-bahan yang harusnya memang tidak dimasukkan ke dalam tubuh," jelasnya.
Sebuah studi di American Journal of Physiology pada 2015, menyebutkan beberapa cairan perasa untuk vape mengandung aldehide. Misalnya Anisaledehyde (rasa manis), cinnamaldehyde (rasa kayu manis), dan isovalerahdehyde (nutty).
Dokter Feni juga menjelaskan, dalam proses kerjanya rokok elektrik dipanaskan untuk mengubah cairan menajdi uap. Untuk itu, dibutuhkan materi logam.
Komponen logam dari proses pemanasan tersebut, dapat masuk ke saluran pernapasan dan menyebabkan kerusakan.
"Artinya bahan yang dikandung dalam rokok elektrik sama, dengan yang dikandung dalam rokok konvensional. Sama-sama berbahaya, tubuh kita tidak diciptakan untuk dimasuki bahan berbahaya dengan level seberapapun," pungkas dokter Feni. (*)
Baca Juga: Penyebab Tersembunyi Bronkitis yang Mengejutkan! Jangan Salah Sangka, Bukan Hanya Asap Rokok
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Komentar