"Salah satu nutrisi penting yang harus terpenuhi pada masa 5 tahun pertama kehidupan anak untuk mendukung mengoptimalkan perkembangan otaknya adalah zat besi," sambungnya.
Bila seorang anak kekurangan zat besi dari asupan makanan sehari-hari, ia berisiko mengalami defisiensi besi.
Hal tersebut dapat menimbulkan dampak negatif yang sifatnya permanen, yang berkaitan dengan perkembangan kognitif atau otak anak.
Agar anak tidak mengalami anemia defisiensi besi, yang perlu dilakukan adalah memberikan asupan gizi yang seimbang, terutama protein hewani karena kaya akan zat besi.
Tak hanya itu, supaya penyerapan zat besi di tubuh anak lebih baik, perlu didukung dengan asupan vitamin C.
Dengan begitu, maka tubuh dapat memaksimalkan penyerapan zat besi hingga 2 kali lipat.
"Dalam memenuhi kebutuhan nutrisi harian anak, bisa juga dipertimbangkan untuk memberikan sumber nutrisi yang difortifikasi, seperti susu pertumbuhan yang tinggi zat besi dan dikombinasikan dengan vitamin C," kata dokter Ulul.
"Sebab, susu pertumbuhan diketahui sebagai minuman protein hewani yang padat gizi dan diperlukan terutama di masa tumbuh kembang. Sehingga, dapat bermanfaat untuk pencegahan anemia," tambahnya.
Memperingati World Anemia Awarness Day, Corporate Communication Director Sarihusada Arif Mujahidin mengatakan, pentingnya untuk meningkatkan edukasi kepada masyarakat terkait cara penanganan dan mencegah anemia.
Salah satu langkah untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan menghadirkan platform digital "Pusat Pencegahan Anemia Pada Anak".
Di dalamnya terdapat skrining risiko anemia pada anak, video dampak anemia dari pakar, hingga resep makanan bergizi. Ini ditujukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang risiko anemia pada anak. (*)
Baca Juga: Kurang Darah Selama Hamil Bisa Sebabkan Anak Stunting, Bagaimana Mencegahnya?
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Komentar