GridHEALTH.id - Angka konsumsi minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) terbilang tinggi di Indonesia.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Yayasan Lembaga Kosumen Indonesia (YLKI), kebiasaan ini paling banyak ditemukan pada kelompok usia anak dan remaja.
Setidaknya 1 dari 4 anak yang berusia kurang dari 17 tahun, mengonsumsi minuman berpemanis dalam kemasan setiap hari.
Tak hanya itu, ditemukan juga 1 dari 3 anak mengonsumsi jenis minuman ini bisa sampai 2-6 kali dalam seminggu.
Minuman berpemanis disukai karena rasanya yang menyegarkan. Belum lagi, harganya terjangkau dan memiliki banyak varian.
Namun di balik kesegaran yang ditawarkan, minuman ini menyimpan banyak dampak negatif bagi kesehatan.
Salah satu efek minuman manis yang dikonsumsi secara berlebihan adalah meningkatnya risiko diabetes.
Dokter spesialis penyakit dalam dr. Decsa Medika Hertanto, Sp.PD, menjelaskan bagaimana risiko masalah kesehatan tersebut meningkat.
"Saat gula tambahan atau gula apapun masuk dalam tubuh, tubuh akan memanfaatkannya sebagai sumber energi. Dengan menginisiasi insulin," katanya kepada GridHEALTH, Rabu (17/4/2024).
"Insulin akan aktif untuk memasukkan gula ke dalam sel, (selanjutnya) diubah menjadi energi," sambungnya.
Akan tetapi, bila jumlah gula yang dikonsumsi melebihi batas yang direkomendasikan sekitar 50 gram atau 4 sendok makan, dapat menyebabkan resistensi insulin.
Baca Juga: Menkes: 13 Persen Masyarakat Indonesia Penyandang Diabetes, Efek Minuman Manis?
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Poetri Hanzani |
Komentar