GridHEALTH.id - HIV atau human immunodeficiency virus adalah penyakit infeksi yang merusak sel-sel di sistem imun.
Akibatnya, seorang pengidap HIV mempunyai imunitas yang lemah untuk melawan kuman penyebab infeski yang masuk ke tubuh.
Dilansir dari National Health Service (NHS), virus penyakit ini ditemukan dalam cairan tubuh seseorang.
Salah satu cara penularan yang paling mudah terjadi adalah melalui jarum suntik yang dipakai berulang.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) melaporkan kabar yang menggemparkan, di mana terjadi penularan HIV dari perawatan kecatian, facial.
Dilansir dari BBC, pada 2018 tiga orang wanita berusia antara 40 hingga 50 tahun, dinyatakan positif HIV.
Ketiganya mengaku tidak mempunyai faktor risiko apapun, tapi mereka sempat melakukan perawatan vampire facial di sebuah spa medis yang ada di New Mexico.
Dari penyelidikan yang dilakukan oleh CDC, klinik kecantikan tersebut diketahui juga menawarkan perawatan lain yang menggunakan jarum suntik, seperti Botox.
Dari penyelidikan tersebut, terungkap kalau tempat itu tidak berlisensi dan mempunyai pengendalian infeski yang buruk.
Contohnya tabung darah dan alat suntik medis, yang disimpan bersebelahan dengan makanan di lemari es. Ada juga beberapa jarum suntik yang tidak terbungkus berserakan di laci konter.
Setelah ditemukannya kasus pertama HIV yang ditularkan melalui perawatan kecantikan ini, tempat spa tersebut ditutup pada 2018.
Baca Juga: Daftar Klinik di Bandung yang Sediakan Tes HIV/AIDS dan Biayanya
Sebagai informasi, vampire facial merupakan perawatan wajah dengan plasma kaya trombosit atau PRP.
Ini dilakukan dengan mengambil sampel darah pasien, kemudian memisahkan plasma kaya trombosit menggunakan mesin centrifuge.
Plasma kemudian disuntikkan kembali ke wajah melalui tusukan jarum yang berukuran kecil.
Klaimnya, perawatan kecantikan ini dapat membantu memperbaiki pelindungan kulit dengan merangsang produksi kolagen dan elastin baru.
Sehingga setelah melakukan perawatan kecantikan, kerutan di wajah akan berkurang, begitu juga dengan bekas jerawat.
Pihak klinik kecantikan maupun pelanggan yang akan melakukan perawatan, penting untuk memastikan hal-hal berikut agar kasus yang serupa tidak terulang kembali.
Penting untuk memastikan bahwa semua jarum, alat suntik, dan peralatan medis lainnya dalam keadaan steril dan tidak digunakan ulang.
Hanya gunakan jarum suntik sekali pakai, yang kemasannya dibuka pertama kali di depan pelanggan.
Pengelola usaha perlu menjelaskan bagaimana prosedur steriliasi peralatan dilakukan. Pelanggan pun juga tidak dilarang untuk menanyakannya.
Pastikan prosedur saat melakukan sterilisasi sudah sesuai dengan pedoman yang ditetapkan.
Ketika akan melakukan penyuntikkan, bersihkan area kulit menggunakan alkohol atau cairan antiseptik terlebih dahulu.
Itulah beberapa langkah pencegahan penularan HIV di klinik kecantikan, yang bisa dilakukan baik oleh pelanggan maupun penyedia layanan. (*)
Baca Juga: Perlu Waspada! Penularan HIV Bukan Hanya Melalui Kontak Fisik
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Komentar