GridHEALTH.id - Akses layanan kesehatan yang unggul, memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat dan tenaga medis.
Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Lucia Rizka Andalucia menjelaskan, terdapat pilar transformasi kesehatan yang dicanangkan Kemenkes untuk menciptakan masyarakat yang sehat.
Salah satu pilar untuk mencapai tujuan tersebut adalah pilar transformasi teknologi kesehatan.
Dengan ini, diharapkan dunia kesehatan Indonesia dapat beradaptasi dan memanfaatkan perkembangan teknologi digital.
"Digitalisasi kesehatan berpotensi menjadi faktor utama transformasi kesehatan, yang memberikan dukungan konektivitas antar pemangku kepentingan, sehingga kondisi aktual sistem kesehatan menjadi semakin transparan, mengurangi asimetris informal antara penyelenggara dengan masyarkaat, dan mewujudkan sistem kesehatan yang lebih efektif dan efisien," katanya dalam CEO Forum 2024 oleh Sysmex Indonesia, Kamis (16/5/2024).
Salah satu wujud digitalisasi kesehatan yang sudah dijalankan oleh Kemenkes adalah dikembangkannya platform Satu Sehat.
Staf ahli teknologi Kemenkes Setiaji menjelaskan, sebagaimana yang tertulis dalam Undang-Undang, Kemenkes berupaya memberikan rasa aman kepada masyarakat.
Dalam bentuk perlindungan terhadap data pribadi, mulai dari pengumpulan data, proses memasukkan data, analisis, dan lainnya.
"Di Satu Sehat pasien dapat memberikan wewenang akses informasi kesehatannya untuk bisa dilihat sepenuhnya, dilihat setengah, atau ditutup," jelasnya.
Lebih lanjut, Setiaji mengatakan saat ini kurang lebih ada 32.000 fasilitas kesehatan yang terintergrasi dengan Satu Sehat.
Hal ini tentu akan mempermudah masyarakat, untuk mendapatkan layanan kesehatan di manapun.
Baca Juga: Terkait Mutu dan Keamanan Data, Ini 6 Telekesehatan yang Dapat Rekomendasi Kemenkes RI
Karena saat seluruh fasilitas kesehatan terintegrasi, maka dokter dapat membaca riwayat kesehatan pasien tersebut secara lebih rinci.
Pertanyaan template seperti riwayat penyakit, konsumsi obat, dan lainnya tidak perlu lagi diajukan.
"Coba bayangkan saat datang, dokter sudah tahu profil pasiennya. Membaca riwayat (medis) bukan hanya dari faskes yang didatangi saja, tetapi juga dari seluruh faskes yang ada di Indonesia," kata Setiaji.
Ia melanjutkan, "Mengingat orang kita suka mobile, itu sulit men-track riwayat kesehatannya. Apalagi kalau pindah ke tempat yang lain, kita enggak tahu punya riwayat kesehatan sebelumnya, seperti penyakit menular."
Rekam medis yang dihubungkan dalam platform ini, tidak terbatas hanya dari pemeriksaan yang dilakukan langsung di fasilitas kesehatan.
Sejumlah startup kesehatan, diketahui sudah melakukan kerjasama, sehingga datanya pun dapat terintegrasikan dengan baik.
Diketahui, saat ini sudah ada 80 juta data pasien yang terintegrasi dalam platform tersebut.
Hanya ada sedikit yang belum tercatat, terutama dari praktik dokter mandiri atau klinik private.
Setiaji juga menyinggung penggunaan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan, yang dapat membantu dokter meresume rekam medis pasien.
Penggunaan AI sangat bermanfaat untuk membantu dokter dalam mendiagnosis, sehingga meningkatkan angka kesembuhan karena penyakit segera diobati.
Diketahui, analisis AI telah berhasil medeteksi sekitar 124 penyakit kanker paru-paru dengan menggunakan x-ray. (*)
Baca Juga: Kemenkes Luncurkan Platform IHS, Satu Sehat Sebagai Upaya Penyeragaman Data Kesehatan Masyarakat
Source | : | liputan |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Poetri Hanzani |
Komentar