Karena saat seluruh fasilitas kesehatan terintegrasi, maka dokter dapat membaca riwayat kesehatan pasien tersebut secara lebih rinci.
Pertanyaan template seperti riwayat penyakit, konsumsi obat, dan lainnya tidak perlu lagi diajukan.
"Coba bayangkan saat datang, dokter sudah tahu profil pasiennya. Membaca riwayat (medis) bukan hanya dari faskes yang didatangi saja, tetapi juga dari seluruh faskes yang ada di Indonesia," kata Setiaji.
Ia melanjutkan, "Mengingat orang kita suka mobile, itu sulit men-track riwayat kesehatannya. Apalagi kalau pindah ke tempat yang lain, kita enggak tahu punya riwayat kesehatan sebelumnya, seperti penyakit menular."
Rekam medis yang dihubungkan dalam platform ini, tidak terbatas hanya dari pemeriksaan yang dilakukan langsung di fasilitas kesehatan.
Sejumlah startup kesehatan, diketahui sudah melakukan kerjasama, sehingga datanya pun dapat terintegrasikan dengan baik.
Diketahui, saat ini sudah ada 80 juta data pasien yang terintegrasi dalam platform tersebut.
Hanya ada sedikit yang belum tercatat, terutama dari praktik dokter mandiri atau klinik private.
Setiaji juga menyinggung penggunaan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan, yang dapat membantu dokter meresume rekam medis pasien.
Penggunaan AI sangat bermanfaat untuk membantu dokter dalam mendiagnosis, sehingga meningkatkan angka kesembuhan karena penyakit segera diobati.
Diketahui, analisis AI telah berhasil medeteksi sekitar 124 penyakit kanker paru-paru dengan menggunakan x-ray. (*)
Baca Juga: Kemenkes Luncurkan Platform IHS, Satu Sehat Sebagai Upaya Penyeragaman Data Kesehatan Masyarakat
Source | : | liputan |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Poetri Hanzani |
Komentar