Selain itu, konsumsi makanan panas secara terus-menerus dapat menyebabkan regenerasi sel yang berulang, meningkatkan kemungkinan mutasi sel yang dapat menyebabkan kanker.
Ada beberapa mekanisme potensial yang dapat menjelaskan bagaimana makanan panas bisa memicu kanker:
1. Kerusakan Termal: Suhu tinggi dapat merusak lapisan pelindung sel di esofagus dan saluran pencernaan lainnya, menyebabkan peradangan dan meningkatkan risiko mutasi sel.
2. Paparan Bahan Kimia Karsinogenik: Beberapa makanan yang dimasak pada suhu tinggi, seperti daging yang dipanggang atau digoreng, dapat menghasilkan senyawa karsinogenik seperti hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH) dan amina heterosiklik (HCA).
3. Kebiasaan Makan yang Buruk: Orang yang sering mengonsumsi makanan panas mungkin juga memiliki kebiasaan makan lain yang buruk, seperti makan cepat-cepat atau mengonsumsi makanan yang tidak sehat, yang dapat meningkatkan risiko kanker.
Para ahli kesehatan umumnya sepakat bahwa meskipun ada bukti yang menunjukkan hubungan antara konsumsi makanan panas dan risiko kanker, hubungan ini masih perlu diteliti lebih lanjut.
Dr. Farhad Islami, seorang peneliti di American Cancer Society, menyatakan bahwa konsumsi makanan dan minuman panas pada suhu di atas 65°C (149°F) dapat meningkatkan risiko kanker esofagus.
Namun, penting untuk dicatat bahwa faktor-faktor lain seperti diet keseluruhan, kebiasaan merokok, dan konsumsi alkohol juga memainkan peran penting dalam risiko kanker.
Oleh karena itu, mengaitkan kanker secara langsung hanya dengan konsumsi makanan panas mungkin terlalu sederhana.
Meskipun beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara konsumsi makanan panas dan risiko kanker esofagus, bukti ini masih perlu diteliti lebih lanjut.
Penting bagi kita untuk tidak hanya fokus pada suhu makanan, tetapi juga memperhatikan pola makan keseluruhan dan gaya hidup sehat untuk mengurangi risiko kanker. Menghindari makanan dan minuman yang sangat panas mungkin menjadi langkah pencegahan yang baik, tetapi tidak boleh menjadi satu-satunya fokus dalam pencegahan kanker.
Baca Juga: Hati-hati, Kepala Terbentur Bisa Berisiko Alami Kanker Otak? Ini Penjelasannya
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Komentar