GridHEALTH.id – Kasus Monkeypox atau Mpox di dunia kian bertambah.
Belum lama ini, WHO mengumumkan adanya tiga kasus baru yang ditemukan di luar Afrika.
Ketiga kasus tersebut terjadi di Swedia pada 15 Agustus, Filipina pada 19 Agustus, dan Thailand pada 22 Agustus.
Kasus baru di Swedia dan Thailand ini memiliki riwayat perjalanan ke Republik Demokratik Kongo, dengan varian clade Ib.
Sementara itu, kasus baru di Filipina merupakan transmisi lokal dan tidak ada riwayat perjalanan, dengan varian clade IIb.
“Yang di Swedia dan Filipina sudah menjalani perawatan dan kondisinya membaik. Sementara yang di Thailand karena kasusnya baru, saat ini baru mulai pengobatan,” jelas Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dr. M Syahril di Jakarta, Jumat (23/8/2024).
Menanggapi hal tersebut, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun meminta jajarannya untuk waspada terhadap penyebaran cacar monyet atau Mpox.
"Saya juga minta betul-betul kehati-hatian kita, kewaspadaan kita, terkait dengan penyebaran wabah Mpox, karena yang saya baca kasus mpox ini sangat meningkat di Kongo," kata Jokowi dikutip dari Tribunnews, Rabu (28/8/2024).
Apalagi, dalam waktu dekat akan ada gelaran IAF di Bali.
Namun, tidak hanya Bali, Presiden mengatakan pengawasan juga perlu dilakukan Kementerian Kesehatan di pintu kedatangan internasional lainnya.
Upaya preventif bisa dilakukan mengingat Indonesia telah melalui Pandemi Covid-19 beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Bolehkah Ibu Menyusui Saat Terdiagnosis Mpox? Begini Cara Cegah Penularannya
"Langkah-langkah pencegahan yang diperlukan karena pengalaman Covid yang lalu bisa kita lakukan, sehingga saya minta segera protokol kesehatan dan disoalisasikan secara masif mengenai ini," pungkasnya.
Selain pembatasan perjalanan dari atau ke negara-negara yang mengalami peningkatan kasus mpox, Kementerian Kesehatan akan memberikan vaksin.
Sayangnya, pemberian vaksin mpox di Indonesia hanya ditujukan untuk kelompok berisiko tinggi sesuai dengan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) soal pemberian vaksin cacar dan mpox.
Menurut Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dr. Prima Yosephine, M.K.M, kelompok berisiko tinggi tersebut antara lain: LSL (Lelaki berhubungan Seks dengan Lelaki) atau GBMSM (Gay, Biseksual dan Pria-yang-berhubungan-seks-dengan-pria lainnya), dan individu yang kontak dengan penderita Mpox dalam dua minggu terakhir.
“Kelompok berisiko lainnya termasuk petugas laboratorium yang melakukan pemeriksaan spesimen virologi, terutama di daerah yang ada kasus mpox, dan petugas kesehatan yang melakukan penanganan pada kasus mpox,” ujar Prima di Jakarta, Rabu (28/8/2024).
Sementara itu, kelompok anak-anak tidak termasuk dalam kelompok sasaran vaksinasi mpox di Indonesia.
“Sampai saat ini, anak-anak tidak termasuk dalam sasaran yang akan diberikan vaksin mpox. Namun, petugas kesehatan yang melakukan penanganan kasus mpox akan diberikan (vaksin) untuk memberi perlindungan dari tertularnya infeksi virus mpox,” terang Prima.
Melansir dari laman Sehat Negeriku Kementerian Kesehatan, pemberian vaksin dan vaksinasi mpox di Indonesia bersifat pencegahan. Artinya, vaksinasi bertujuan mencegah munculnya gejala atau meminimalkan keparahan penyakit.
“Salah satu kriteria penerima vaksin mpox adalah individu yang pernah kontak dengan penderita mpox (vaksinasi post exposure),” lanjut Prima.
“Namun, orang yang pernah kontak ini belum tentu terinfeksi. Jadi, imunisasi mpox masih bersifat pencegahan. Sedangkan, bagi pasien yang sudah terinfeksi akan diberikan pengobatan yang sesuai.”
Berdasarkan “Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Mpox (Monkeypox)” yang diterbitkan Kemenkes RI pada 2023, pemberian vaksinasi mpox dalam situasi Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Perhatian Internasional (Public Health Emergency of International Concern/PHEIC) masih bersifat komplemen terhadap pencegahan dan pengendalian utama seperti surveilans, pelacakan kontak, isolasi dan perawatan pasien.
Baca Juga: Apa Risiko Terinfeksi Mpox Saat Hamil? Begini Cara Mencegahnya
Saat ini, pemberian vaksinasi mpox secara massal tidak direkomendasikan.
Lebih lanjut, Prima mengatakan, jenis vaksin mpox yang digunakan di Indonesia adalah golongan Modified Vaccinia Ankara-Bavarian Nordic (MVA-BN). MVA-BN merupakan vaksin turunan smallpox generasi ke-3 yang bersifat non-replicating. Vaksin ini sudah mendapat rekomendasi WHO untuk digunakan saat wabah mpox.
Vaksin mpox memberikan perlindungan pada tingkat tertentu terhadap infeksi dan penyakit berat. Setelah divaksinasi, kewaspadaan tetap diperlukan karena pembentukan kekebalan memerlukan waktu beberapa minggu.
Bagi seseorang yang tertular mpox setelah vaksinasi, WHO menekankan, vaksin tetap melindungi terhadap penyakit berat dan kebutuhan akan rawat inap. Hasil dari penelitian efektivitas vaksin mengindikasikan bahwa vaksinasi memberikan tingkat perlindungan yang baik terhadap mpox.
Untuk mengatasi wabah mpox, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) terus berupaya menyediakan vaksin MVA-BN. Namun, ketersediaan vaksin saat ini masih terbatas.
Karena itu, prioritas pemberian vaksin diberikan kepada daerah-daerah yang telah melaporkan adanya kasus mpox.
“Vaksin mpox saat ini terbatas dan digunakan pada sasaran prioritas di daerah yang dilaporkan adanya kasus. Lalu, khusus di Bali, karena akan dilaksanakan pertemuan internasional (Indonesia Africa Forum pada 1-3 September 2024) di mana ada beberapa peserta dari daerah terjangkit sehingga diperlukan adanya upaya mitigasi risiko untuk mencegah penularan mpox,” jelas Prima Yosephine.
Berdasarkan laporan “Perkembangan Situasi Penyakit Infeksi Emerging Minggu Epidemiologi ke-33 Tahun 2024 periode 11-17 Agustus 2024,” jumlah kasus konfirmasi mpox di Indonesia sepanjang 2022-2024 sebanyak 88 kasus yang tersebar di Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Kepulauan Riau, dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Prima kembali mengingatkan kepada masyarakat mengenai cara penularan mpox.
“Penyakit mpox dapat dicegah dengan menghindari kontak fisik dengan seseorang yang menderita penyakit mpox. Vaksinasi dapat membantu mencegah infeksi dan diprioritaskan bagi orang yang berisiko. Vaksin yang tersedia saat ini memang generasi ke-2 dan ke-3 dari vaksin smallpox,” ucapnya. (*)
Baca Juga: Jangan Anggap Sepele Gejalanya, Penyakit Mpox Bisa Akibatkan Kematian
Penulis | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Komentar