ICCN 2024 diadakan secara penuh selama 5 hari, dengan program komprehensif yang mencakup dua hari workshop dan tiga hari simposium.
Terdapat lebih dari 100 pembicara dari 30 negara yang akan membagikan pengetahuan, ilmu, dan penelitian terbaru dalam bidang neurologi, secara khusus pendekatan neurofisiologi.
Tahun ini, untuk pertama kalinya, Indonesia menjadi tuan rumah dari ICCN.
dr. Manfaluthy Hakim, Sp.S(K), Convenor of the 33rd ICCN 2024 menyebutkan, “Indonesia memiliki jumlah penduduk dan lokasi geografis yang besar namun akses ke pemeriksaan dengan pendekatan neurofisiologi masih terbatas, kehadiran ICCN di Indonesia diharapkan menjadi titik balik penting, tidak hanya dalam hal peningkatan pengetahuan medis, tetapi juga dalam memperkuat kolaborasi di seluruh Asia Tenggara.”
“Kongres ini bertujuan untuk membangun momentum, meningkatkan kesadaran, dan aksesibilitas terhadap pendekatan neurofisiologi di Indonesia dan negara-negara tetangga.” imbuh dr. Manfaluthy Hakim.
Dr. dr. Dodik Tugasworo P, Sp.S(K)MH, President of Indonesian Neurological Association/ Ketua PP PERDOSNI mejelaskan "Forum ini menawarkan berbagai program komprehensif dengan pembahasan mendalam. Salah satunya adalah pemaparan hasil riset terbaru mengenai dampak gangguan saraf terhadap kualitas hidup pasien, serta potensi pengembangan teknologi neurofisiologi yang lebih inovatif, termasuk penggunaan AI, untuk membantu pasien dengan kondisi kronis dan di daerah terpencil.”
“Salah satu topik menarik yang dibahas adalah studi penggunaan stimulasi otak non-invasif untuk penanganan penyakit Demensia (Alzheimer), yang menunjukkan hasil menjanjikan dalam memperlambat progresi penyakit. Selain itu, forum ini juga menghadirkan Profesor David Burke dari University of Sydney, Australia, yang dikenal atas penelitiannya yang inovatif dalam neurofisiologi kontrol gerakan." Sambungnya.
“Kami berharap forum ini akan berkontribusi pada perkembangan ilmu neurofisiologi dan juga menekankan pentingnya kerjasama lintas disiplin dan antarnegara dalam mengurangi beban penyakit neurologis. Dengan perkembangan ilmu neurofisiologi, kita memiliki kesempatan besar untuk mencegah, mendeteksi lebih awal, dan memberikan terapi yang lebih efektif bagi pasien,” tutup dr. Manfaluthy. (*)
Baca Juga: Ternyata Bagus untuk Gula Darah hingga Saraf, Ini 8 Manfaat Puasa bagi Pengidap Diabetes
Penulis | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Komentar