Untuk mencegah kematian mendadak akibat serangan jantung, sangat penting untuk menjalani gaya hidup sehat, termasuk pola makan seimbang, olahraga teratur, serta menjaga tekanan darah dan kolesterol tetap normal.
Aritmia adalah kondisi di mana irama detak jantung tidak teratur, baik terlalu cepat (takikardia), terlalu lambat (bradikardia), atau tidak beraturan.
Beberapa jenis aritmia, seperti fibrilasi ventrikel, dapat menyebabkan kematian mendadak jika tidak segera ditangani.
Fibrilasi ventrikel adalah kondisi di mana bilik bawah jantung (ventrikel) bergetar alih-alih memompa darah secara normal.
Hal ini menyebabkan aliran darah ke seluruh tubuh berhenti, yang dapat berakibat fatal dalam hitungan menit jika tidak segera diberikan pertolongan berupa resusitasi jantung paru (RJP) atau defibrilasi.
Aritmia ini sering kali terjadi tanpa gejala yang jelas, meskipun beberapa orang mungkin mengalami palpitasi, pusing, atau pingsan sebelum serangan.
Stroke adalah kondisi di mana pasokan darah ke otak terganggu, baik karena penyumbatan (stroke iskemik) atau pendarahan (stroke hemoragik).
Ketika otak tidak mendapatkan cukup oksigen, sel-sel otak mulai mati dalam beberapa menit, yang bisa menyebabkan kerusakan permanen atau bahkan kematian mendadak.
Gejala stroke biasanya muncul tiba-tiba, termasuk kesulitan berbicara, kelemahan atau kelumpuhan pada satu sisi tubuh, kehilangan penglihatan mendadak, dan pusing yang ekstrem.
Stroke membutuhkan penanganan medis segera karena semakin cepat mendapatkan perawatan, semakin besar kemungkinan untuk meminimalkan kerusakan otak dan mencegah kematian.
Emboli paru terjadi ketika gumpalan darah (biasanya dari kaki) terlepas dan menyumbat arteri di paru-paru.
Baca Juga: Data Terkini WHO: 2,6 Juta Kematian per Tahun Akibat Konsumsi Alkohol
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Komentar