GridHEALTH.id – Penderita gula darah tinggi, atau yang sering disebut sebagai penderita diabetes, sering kali mengalami rasa lapar yang berlebihan meskipun mereka telah makan.
Kondisi ini dikenal dengan istilah medis polifagia, yang merupakan salah satu gejala umum dari diabetes.
Rasa lapar yang terus-menerus ini tidak hanya mengganggu aktivitas sehari-hari, tetapi juga bisa memperburuk kondisi kesehatan jika tidak ditangani dengan baik.
Lantas, apa sebenarnya penyebab penderita gula darah tinggi mudah lapar? Berikut ini penjelasan selengkapnya.
Pada penderita diabetes, tubuh tidak dapat menggunakan glukosa (gula) secara efektif untuk diubah menjadi energi.
Hal ini disebabkan oleh kurangnya produksi insulin atau ketidakmampuan tubuh untuk merespons insulin dengan baik.
Berikut adalah alasan mengapa penderita gula darah tinggi merasa mudah lapar:
1. Kekurangan insulin atau resistensi insulin: Insulin adalah hormon yang membantu sel-sel tubuh menyerap glukosa dari darah untuk diubah menjadi energi. Pada penderita diabetes tipe 1, tubuh tidak memproduksi cukup insulin, sementara pada diabetes tipe 2, tubuh mengalami resistensi terhadap insulin.
Akibatnya, glukosa tetap berada dalam darah dan tidak dapat dimanfaatkan oleh sel-sel tubuh. Tubuh merasa seolah-olah kekurangan energi meskipun ada banyak glukosa dalam darah, sehingga memicu rasa lapar terus-menerus.
2. Sel tidak mendapatkan energi yang cukup: Karena sel-sel tubuh tidak mendapatkan glukosa yang cukup, tubuh merespons dengan mengirimkan sinyal ke otak untuk makan lebih banyak agar kebutuhan energi terpenuhi.
Inilah yang menyebabkan penderita diabetes merasa lapar meskipun mereka telah makan cukup banyak.
Baca Juga: Dua Masalah Seketika Teratasi, Berikut 7 Makanan Penurun Gula Darah Sekaligus Kolesterol
3. Peningkatan gula darah yang tidak teratur: Fluktuasi kadar gula darah yang tidak stabil juga bisa menyebabkan rasa lapar berlebihan.
Ketika gula darah turun dengan cepat setelah makan (karena produksi insulin yang berlebihan), tubuh merespons dengan meningkatkan rasa lapar meskipun kadar gula darah masih tinggi secara keseluruhan. Kondisi ini menciptakan siklus di mana penderita diabetes merasa lapar terus-menerus, bahkan setelah makan.
Untuk mengatasi rasa lapar berlebihan, penting bagi penderita diabetes untuk mengelola kadar gula darah dengan baik. Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan:
1. Makan dalam porsi kecil tetapi sering: Mengonsumsi makanan dalam porsi kecil tetapi lebih sering dapat membantu menjaga kestabilan gula darah dan mencegah lonjakan insulin yang drastis.
Pilihlah makanan yang kaya serat, seperti sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian, yang dapat membantu mengendalikan rasa lapar.
2. Memilih karbohidrat yang tepat: Karbohidrat kompleks, seperti roti gandum dan nasi merah, memerlukan waktu lebih lama untuk dicerna, sehingga memberikan energi yang lebih stabil dan mengurangi rasa lapar. Hindari karbohidrat sederhana seperti gula dan tepung putih yang dapat menyebabkan lonjakan gula darah.
3. Olahraga teratur: Berolahraga dapat membantu sel-sel tubuh lebih responsif terhadap insulin dan mengurangi resistensi insulin. Dengan demikian, glukosa dapat digunakan lebih efektif oleh tubuh, mengurangi rasa lapar yang disebabkan oleh gula darah tinggi.
4. Konsultasi dengan dokter: Jika rasa lapar berlebihan terus terjadi, penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi. Mereka dapat memberikan saran diet yang tepat serta penyesuaian dosis obat jika diperlukan.
Penderita gula darah tinggi mudah merasa lapar karena tubuh mereka tidak mampu memanfaatkan glukosa secara efektif sebagai sumber energi.
Hal ini disebabkan oleh kekurangan insulin atau resistensi insulin, yang membuat sel-sel tubuh "kelaparan" meskipun ada cukup glukosa dalam darah.
Untuk mengatasi rasa lapar berlebihan, penting untuk menjaga kadar gula darah tetap stabil melalui pola makan yang tepat, olahraga, dan pengelolaan kondisi medis dengan baik. (*)
Baca Juga: Apakah Kadar Gula yang Tinggi Bisa Normal Kembali? Simak Cara-caranya
Penulis | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Komentar