Beberapa penyakit kronis meningkatkan risiko seseorang terkena infeksi paru-paru.
Misalnya, penderita penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), asma, diabetes, dan penyakit jantung lebih rentan terhadap infeksi paru-paru karena kondisi mereka melemahkan sistem kekebalan tubuh atau menyebabkan penumpukan lendir di paru-paru, yang dapat menjadi tempat berkembang biaknya bakteri dan virus.
Penyakit autoimun, seperti lupus atau rheumatoid arthritis, yang sering diobati dengan obat imunosupresan, juga meningkatkan risiko infeksi paru-paru karena melemahnya sistem pertahanan tubuh.
Infeksi paru-paru juga bisa disebabkan oleh aspirasi, yaitu masuknya makanan, cairan, atau benda asing ke dalam saluran napas.
Ketika seseorang tidak sengaja menghirup benda asing ini, misalnya saat muntah, makan, atau minum, benda tersebut dapat masuk ke paru-paru dan menyebabkan peradangan atau infeksi yang disebut pneumonia aspirasi.
Orang yang memiliki gangguan menelan, seperti pasien stroke atau orang lanjut usia, lebih rentan terhadap pneumonia aspirasi.
Gejala pneumonia aspirasi termasuk batuk, demam, dan sesak napas.
Orang yang bekerja di lingkungan dengan paparan bahan kimia berbahaya, serbuk kayu, atau zat lainnya lebih berisiko terkena infeksi paru-paru.
Pekerjaan di pabrik, pertambangan, atau tempat yang menggunakan bahan kimia beracun dapat menyebabkan iritasi paru-paru dan membuat pekerja lebih rentan terhadap infeksi.
Misalnya, pekerja di industri konstruksi yang sering terpapar asbes berisiko mengalami mesothelioma, sejenis kanker paru-paru yang disebabkan oleh paparan serat asbes.
Pekerja pertanian yang terpapar debu organik juga bisa mengembangkan penyakit paru yang dikenal sebagai "farmer's lung" akibat infeksi dari bakteri atau jamur.
Baca Juga: Benarkah Tangan Berkeringat Tanda Paru-paru Basah? Buktikan Faktanya!
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Komentar