Terlebih lagi, kini pinjaman online semakin mudah didapatkan sehingga melancarkan aksi judi online pula.
Menurut riset yang dilakukan, remaja dan dewasa muda memiliki risiko lebih tinggi terhadap kecanduan judi online.
dr. Kristiana menjelaskan bahwa hal ini berkaitan dengan perkembangan otak remaja yang belum sepenuhnya matang.
"Terdapat area di bagian depan otak yang mencapai kematangan pada usia yang lebih lambat. Pada perempuan, bagian otak ini matang pada usia 20 tahun, sementara pada laki-laki pada usia 21 tahun. Bagian otak tersebut adalah korteks prefrontal (PFC)," jelasnya.
Dr. Kristiana juga menyebutkan bahwa jumlah pasien yang kecanduan judi online di Indonesia sangat tinggi dan tersebar di berbagai daerah, tidak hanya di wilayah perkotaan.
Usia pecandu judi online pun beragam, mulai dari remaja hingga lanjut usia.
"Kasus-kasus ini kami temukan di klinik Adiksi RSCM, dan mayoritas pasiennya berada di usia produktif, mulai dari remaja hingga dewasa muda, sekitar usia 40 tahun. Namun, kami juga menemukan pasien yang berusia lebih dari 60 tahun," ujar dr. Kristiana.
Dari pemeriksaan yang dilakukan terhadap puluhan pasien, dr. Kristiana menemukan bahwa motif seseorang berjudi online bukan semata-mata untuk kesenangan memenangkan sesuatu.
Beberapa orang memang berharap memperoleh uang secara cepat untuk memenuhi kebutuhan.
"Keinginan untuk mendapatkan uang secara instan dan kesenangan yang segera didapatkan, menjadi bentuk gratifikasi yang bisa diperoleh dengan cepat," tutupnya.
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Komentar