GridHEALTH.id - Artis penuh sensasi, Nikita Mirzani baru saja melahirkan anak ke-3 nya, Minggu (28/4/2019). Hal ini pun diunggah oleh sahabatnya, Fitri Salhuteru di instastory-nya Minggu silam.
Banyak rekan sesama artis menjenguk Nikita Mirzani dan bayi laki-lakinya. Salah satu yang tampak mengunjungi Niki adalah Ruben Onsu bersama Sarwendah dan Jordi Onsu. Uya Kuya dan Iis Dahlia dikabarkan akan segera menyusul.
Tetapi publik lebih ingin tahu dan penasaran, apakah Dipo Latief, yang disebut-sebut sebagai ayah bayi yang dilahirkan Nikita Mirzani, akan mengunjunginya?
Maklum, sejak masuk rumah sakit, proses persalinan, hingga berada di ruang rawat, belum kelihatan sosok Dipo Latief.
Masalahnya, Nikita Mirzani dan Dipo Latief, keduanya tengah dalam proses perceraian yang melibatkan perseteruan.
Saat ditemui di Pengadilan Agama Jakarta Selatan, Kamis, 14 Februari 2019 lalu, Nikita Mirzani sudah siap jika sang bayi tak diakui oleh Dipo Latief, seperti dikutip dari laman Nova.Id
Dirinya mengatakan bahwa pengakuan Dipo Latief nantinya bukan sebuah kebanggaan untuknya.
Namun, sahabat Nikita Mirzani sekaligus juga pembawa acara Pagi-Pagi Pasti Happy, Uya Kuya mengatakan jika Dipo Latief berniat untuk menjenguk anaknya.
Menanggapi niat baik Dipo Latief, nampaknya hati Nikita Mirzani masih belum luluh.
Nikita Mirzani justru menjawabnya sembari berkelakar. “Nggak (diizinin) dong. Dipaku dong pintunya biar ga bisa masuk,” jelas Nikita Mirzani.
Baca Juga : Dibalik Alasan Kesehatan Mengapa Sahur Tak Boleh Dilewatkan
Mudah-mudahan Nikita Mirzani hanya bermaksud bercanda dan kita berharap suatu saat akan ada pertemuan Nikita Mirzani, Dipo Latief, beserta bayi mereka.
Hal ini penting mengingat ada sesuatu yang khusus dari keberadaan dan keterlibatan seorang ayah dalam kehidupan seorang anak.
Dalam sebuah keluarga sudah tentu normalnya ada ayah serta ibu, Dalam keadaan yang tidak biasa, banyak kasus anak yang tumbuh tanpa ayah karena satu dan lain hal yang tentunya akan menimbulkan berbagai masalah pada perkembangan anak secara psikologis.
Suatu penelitian yang dilakukan pada tikus membandingkan perilaku sosial dan anatomi otak pada tikus.
Penelitian ini membandingkan antara tikus yang disatukan dengan kedua orangtuanya, dan tikus yang hanya dibesarkan oleh ibunya.
Tikus yang digunakan adalah tikus California karena jenis tikus ini memiliki kesamaan dengan manusia dalam hal membesarkan keturunannya bersama-sama.
Dr. Gabriella Gobbi, dari McGill University Canada yang menjalankan studi tersebut menyatakan bahwa ini pertama kalinya ada penelitian yang menemukan bahwa ketidakhadiran ayah dalam pertumbuhan anak dapat memberikan dampak pada sisi neurobiologi.
Baca Juga : Studi: Ternyata Pria Lebih Sering Memeriksa Ponsel Dibanding Wanita
Tikus yang dibesarkan tanpa ayah mengalami perubahan pada bagian prefrontal cortex di otak, suatu bagian yang mengontrol perilaku sosial dan kognitif.
Tikus tersebut memiliki masalah pada saat berinteraksi secara sosial, memiliki sifat agresif yang jauh lebih dominan jika dibandingkan dengan tikus yang dibesarkan dengan kedua orangtuanya.
Penelitian terkait perubahan perilaku pada tikus ini sejalan dengan penelitian serupa yang dilakukan pada manusia.
Baca Juga : Boleh Dicoba, Begini Cara Pintar Agar Mencegah Makan Berlebih
Dari penelitian pada tikus tersebut dilanjutkan penelitian pada manusia, tepatnya remaja, didapa kesimpulan beragam masalah yang terjadi pada anak yang dibesarkan tanpa ayah, seperti dikutip dari laman Kompas.com;
1. Sulit menyesuaikan diri dan cenderung berperilaku negatif.
Anak yang dibesarkan tanpa ayah cenderung memiliki masalah dalam perilakunya dan sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Beberapa dilaporkan memiliki perilaku mengintimidasi sesamanya. Ini dilakukan untuk menyembunyikan rasa takut, gugup, dan tidak bahagia.
Seperti dikutip dari Psychology Today, 85% remaja yang berada di penjara karena masalah kriminal dibesarkan tanpa ayah.
Ketika sudah dewasa pun mereka yang tumbuh tanpa sosok ayah lebih mungkin untuk melakukan tindak kriminal. Merokok, penyalahgunaan obat, dan penyalahgunaan alkohol juga lebih mungkin terjadi baik saat remaja maupun dewasa.
2. Mempunyai masalah akademis
Dibesarkan tanpa ayah juga dapat mempengaruhi kemampuan akademis. Tujuh puluh persen dari mereka yang putus sekolah saat SMA ternyata dibesarkan tanpa ayah.
Efek lain terhadap akademis yaitu kesulitan dalam pelajaran membaca dan berhitung saat masih kecil serta adanya kecenderungan tidak dapat memenuhi tuntutan akademis dan kualifikasi profesional ketika dewasa.
Mereka yang dibesarkan hanya oleh ibu saja juga memiliki kemungkinan lebih besar untuk keluar dari sekolah pada usia 16 tahun.
3. Mempunyai masalah kesehatan seksual
Anak perempuan yang dibesarkan tanpa ayah cenderung memiliki risiko lebih besar mengalami masalah kesehatan seksual.
Termasuk di antaranya kemungkinan melakukan seks pertama kali di usia 16 tahun dan memiliki penyakit menular seksual, menjadi orangtua di usia remaja, hingga menjadi subjek eksploitasi oleh pria di kemudian hari.
Baca Juga : Jangan Takut Puasa, Ini Manfaatnya Buat Penderita Penyakit Jantung
4. Terancam eksploitasi dan pelecehan
Suatu penelitian menunjukkan anak usia 3-5 tahun yang tidak tinggal dengan orangtua kandungnya memiliki kemungkinan mengalami kekerasan seksual 40 kali lebih besar jika dibandingkan dengan mereka yang tinggal dengan kedua orangtua kandung.
Baca Juga : Steve Emmanuel Terancam Hukuman Mati Karena Kasus Narkoba, Ini Kondisi Psikologis yang Umum Dialami Terdakwa
5. Berisiko pada kesehatan fisik dan mental
Asma, sakit kepala, dan sakit pada perut merupakan jenis penyakit yang biasa dialami oleh anak yang dibesarkan tanpa ayah.
Rasa sakit yang tidak bisa dijelaskan juga sering terjadi, ini berhubungan dengan gangguan psikosomatik di mana penyakit yang muncul berkaitan dengan keadaan pikiran dan fisik.
Sementara kecemasan dan depresi, serta kecenderungan untuk bunuh diri juga lebih mungkin terjadi pada anak yang dibesarkan tanpa ayah.
6. Bermasalah dengan tanggung jawab
Saat dewasa, mereka yang dibesarkan tanpa ayah cenderung menjadi pengangguran, memiliki pendapatan rendah, bahkan tidak memiliki tempat tinggal atau homeless.
Baca Juga : Empat Cara Alami Singkirkan Bau Badan Meski Berkeringat
Sebuah penelitian di Amerika Serikat menyebutkan, 90% anak yang lari dari rumah dan tinggal di jalan atau penampungan biasanya tidak memiliki ayah.
Hubungan dengan lawan jenis juga terganggu, cenderung lebih besar kemungkinan untuk bercerai atau memiliki anak diluar pernikahan.
7. Bermasalah dalam hubungan
Dampak psikologis anak tanpa ayah bisa terjadi pada dua sisi. Antara lain bisa saja anak tumbuh menjadi orang yang posesif kepada orang dekatnya karena takut kehilangan, atau justru membentengi dirinya untuk merasakan kedekatan dan kasih sayang dengan orang lain. Bahkan anak bisa saja mengalami fobia sosial yang parah.
Baca Juga : Tidur Sehat Tanpa AC Tapi Tidak Kegerahan, Begini Caranya
Seluruh penelitian terkait absennya kehadiran ayah dalam tumbuh kembang anak ingin menekankan pentingnya sosok ayah terutama selama masa pertumbuhan sel dan saraf di otak, karena ketidakhadiran ayah dapat memicu terjadinya gangguan dalam perilaku sosial dan dapat bertahan hingga dewasa. (*)