GridHEALTH.id – Siapa yang tak tergoda dengan manis dan enaknya minuman satu ini?
Minuman kekinian dengan gula aren yang dicampur dengan kopi dan boba sedang digemari saat ini.
Sering dianggap menjadi pemicu penyakit gula, rupanya gula aren lebih banyak digunakan pada minuman-minuman kekinian dibandingkan gula putih.
Hal itu karena gula aren dianggap lebih baik dari gula pasir.
Gula ini lebih mahal daripada gula pasir dan memiliki jumlah kalori yang sama per gram.
Gula aren dibuat dari getah pohon palem, getahnya akan dicampur air dan dimasak mendidih hingga menjadi sirup.
Kemudian, sirup gula aren akan dibiarkan mengering sampai menjadi keras.
Melansir dari healthguidance.org, salah satu klaim seputar gula aren adalah mengandung lebih banyak nutrisi daripada gula biasa.
Gula aren ini mengandung banyak vitamin C, magnesium, fosfor, magnesium, seng, zat besi, dan tembaga.
Selain itu, gula aren juga mengandung fitonutrien seperti polifenol, flavonoid, anthocyanidin, juga memiliki kandungan vitamin B dan sifat antioksidan.
Apa yang benar-benar menarik tentang gula aren, terutama untuk karbohidrat rendah, adalah kenyataan bahwa gula aren memiliki GI (indeks glemik) yang lebih rendah dibandingkan dengan gula biasa.
Bagi mereka yang tidak cukup up-to-date dengan tren kesehatan, pada dasarnya ini berarti bahwa glukosa membutuhkan waktu yang lebih lama untuk diserap ke dalam darah bila dibandingkan dengan gula pasir.
Sebagai gantinya itu berarti bahwa tubuh mendapatkan pasokan energi yang lebih mantap.
Itu juga berarti tubuh cenderung memicu respons insulin dan cenderung mulai menyimpan lemak ekstra (yang didorong insulin).
Karena kadar indeks glemiknya yang rendah, gula aren aman untuk dikonsumsi bagi penderita diabetes.
Gula aren sebenarnya memiliki setengah indeks glikemik dari gula pasir dan ini mungkin karena zat yang disebut inulin, sejenis serat yang memperlambat penyerapan.
Meski demikian, sebelum mengonsumsi minuman dengan gula aren ini cek terlebih dahulu kadar gula darah dalam tubuh, dan jangan sering-sering mengonsumsinya ya! (*)
(Deva Norita Putri)