GridHEALTH.id – Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, mencatat ada puluhan orang positif antraks.
Dinas terus memberikan surat edaran kepada masyarakat untuk tidak mengonsumsi hewan ternak yang sakit dan mati.
Baca Juga: Berita Kesehatan Demam: Musim Hujan Banjir, Waspada Kencing Hewan pada Air
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Gunungkidul Sumitro mengatakan telah mendapat informasi tentang adanya terduga antraks itu pada 27 Desember 2019.
Sehari setelah mendapatkan laporan tim One Health, yang terdiri dari lintas sektoral, langsung turun ke lapangan terkait informasi mengenai siapa saja yang berisiko karena bersinggungan langsung dengan hewan terpapar antraks, seperti mengonsumsi, menyembelih, dan membersihkan hewan ternak.
Menurut CDC, antraks adalah penyakit serius yang disebabkan oleh bakteri yang dikenal sebagai Bacillus anthracis.
Antraks biasanya menyerang hewan ternak di seluruh dunia. Seseorang bisa terkena penyakit antraks jika bersentuhan dengan hewan yang terinfeksi atau produk hewan yang terkontaminasi.
Hewan ternak seperti sapi, domba, kambing, kijang, dan rusa dapat terinfeksi ketika mereka menghirup atau menelan spora di tanah, tanaman, atau air yang terkontaminasi.
Sampai 4 Januari 2020, Dinkes Gunungkidul menemukan 540 orang terpapar antraks di Dusun Ngerejek Wetan dan 60 orang di Semanu.
"Dari jumlah itu (600 orang), yang ada suspect gejala klinisnya ada 87 orang. Dari 87 orang diambil darahnya 54 orang, swipe luka 11 orang. Yang positif antraks ada 27 orang, untuk yang di-swipe lukanya negatif (antraks)," kata Sumitro dalam jumpa pers 'Penanganan Antraks di Kabupaten Gunungkidul' di Kecamatan Playen pada Rabu (15/1/2020), dilansir dari Kompas.com.
Baca Juga: 12 Jam Nasi Dipanaskan di Rice Cooker Sama Dengan Racun? Ini Kata Ahli
Dari 27 orang terkena antraks, sebagian besar terpapar antraks pada kulit. Sebagian di antaranya gabungan antara kulit dan pernapasan.
Antraks bisa menyerang kulit, pernapasan dan pencernaan. Bila tidak diobati secara benar, bisa menyebabkan kematian karena komplikasi. Namun, bila diketahui sejak awal, bisa diobati sampai sembuh.
"Jika (menyerang) kulit, dibiarkan saja dalam waktu dua minggu akan sembuh sempurna. Tapi kita tidak mengetahui apakah ada komplikasi atau tidak," kata Sumitro.
Baca Juga: Selain Jarang Olahraga, 4 Alasan Ini Bisa Menyebabkan Berat Badan Naik
Warga yang positif antraks diberi antibiotik profilaksis lanjutan sampai 20 hari. Warga dengan gejala antraks diberi antibiotik. Selain itu, mereka yang positif dicek ulang darahya ke Balai Besar Veteriner (BBVEt) Bogor, Jawa Barat.
Manusia bisa terinfeksi antraks ketika spora masuk ke dalam tubuh. Spora yang masuk ke dalam tubuh tersebut kemudian menjadi aktif sehingga bakteri dapat berkembang biak, menyebar di dalam tubuh, menghasilkan racun, dan menyebabkan penyakit parah.
Baca Juga: 6 Bahaya Bermain Ponsel Sebelum Tidur, Bisa Kebutaan Hingga Bodoh
Ini bisa terjadi ketika seseorang menghirup spora, makan makanan atau minum air yang terkontaminasi spora, atau mendapatkan spora di luka atau kulit yang terkikis.
"Antraks pada manusia tidak menular antarmanusia. Sampai saat ini kita tidak menemukan data penularan antara manusia ke manusia. Mereka biasa seperti hidup seperti manusia pada umumnya, tidak ada isolasi," kata Sumitro.
Mengenai warga meninggal beberapa waktu lalu, Sumitro menyebut hasil laboratorium negatif antraks dan warga tersebut meninggal karena penyakit meningitis (radang selaput otak).
Ia mengatakan bahwa yang meninggal tersebut merupakan pemilik sapi positif antraks, ikut mengonsumsi, dan ikut membersihkan kandang.
Untuk melakukan pencegahan, Dinkes dan Dinas Pertanian dan Pangan terus melakukan sosialisasi dengan melakukan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kepada masyarakat.
Dinkes Gunungkidul juga membuat surat edaran kepada masyarakat untuk tidak mengonsumsi hewan yang sakit atau memasak daging harus dimasak secara matang.(*)
#berantasstunting