Find Us On Social Media :

Berantas Stunting: 3 Masalah Besar di Indonesia Mengapa Stunting Belum Hilang

Angka kemiskinan yang masih tinggi jadi sebab stunting masih tinggi di Indonesia.

 

GridHEALTH.id - Menurut WHO, stunting adalah kondisi gagal tumbuh. Ini bisa dialami oleh anak-anak yang mendapatkan gizi buruk, terkena infeksi berulang, dan stimulasi psikososialnya tidak memadai.

Baca Juga: Berantas Stunting: Dokter Sapto di Lombok Bikin Aplikasi Pendeteksi Gizi dan Stunting

Anak dikatakan stunting ketika pertumbuhan tinggi badannya tak sesuai grafik pertumbuhan standar dunia.

Namun menurut pakar nutrisi dan penyakit metabolik anak, Prof. Dr.dr. Damayanti Rusli Sjarif SpA (K), dampak stunting bukan sekadar tinggi badan anak.

“Kalau anak pendek, ketika remaja dia bisa tumbuh lagi. Ada kesempatan kedua untuk menaikkan tinggi badan. Tapi kalau sudah stunting terkait pertumbuhan otak, ketika sudah besar, anak tidak bisa diobati lagi,” jelas Damayanti dikutip dari nakita.id

Data Riset Kesehatan Nasional (Riskesdas) 2018 menunjukkan, 30,8% balita di Indonesia mengalami stunting. Angka ini turun jika dibandingkan data Riskesdas 2013, yakni 37,2%.

Baca Juga: 3 Gaya Hidup Aktif Ini Bisa Jadi Olahraga Untuk Turun Berat Badan

"Meski demikian, angkanya masih jauh dari target Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni 20%," ujar Kepala Balitbang Kesehatan Kemenkes RI, Siswanto.

Sementara itu, Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT) menemukan tiga hal penyebab terjadinya stunting pada anak-anak, yaitu;

Baca Juga: Berita Kesehatan Diabetes: Gula Putih VS Gula Merah, Mana yang Aman Untuk Penderita Diabetes? Ini Jawaban Ahli

1. Ketidaktahuan pada masyarakat pada status gizi anaknya.

Contohnya, di daerah yang lumbung pangannya besar seperti di Kabupaten Yogyakarta, masih ditemukan anak-anak yang mengalami stunting.

2. Masalah infrastruktur, terutama di desa, yang belum memadai. 

Selama ini masyarakat di desa belum cukup maksimal dengan pola hidup sehat. Beberapa infrastruktur seperti air bersih dan poliklinik desa belum terlalu memadai.

Tidak ada sarana air bersih, tidak ada MCK, akses posyandu masih susah akses, termasuk ke poliklinik kelurahan.

Baca Juga: 30 Menit Berjalan Kaki Setiap Hari, 7 Jenis Kanker Langsung Minggir

3. Angka kemiskinan yang masih tinggi.

Saat ini, ada sekitar 27 juta orang miskin di Indonesia. Sedangkan, pertumbuhan ekonomi bisa dicapai kalau mempunyai stabilitas sosial yang baik, sehingga ekonomi juga dapat bertumbuh baik.

Ekonomi yang buruk juga membuat orangtua tidak mempunyai modal yang cukup untuk berbelanja makanan sesuai kebutuhan gizi yang diperlukan anak-anaknya. (*)