GridHEALTH.id - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) resmi menyatakan wabah Covid-19 sebagai pandemi global setelah menyebar hingga 118 negara dan menginfeksi 119.179 orang pada Rabu (11/3/2020).
Pandemi merupakan wabah penyakit yang terjadi pada geografis yang luas atau menyebar secara global. Namun menurut WHO, pandemi tidak ada hubungannya dengan tingkat keparahan penyakit, jumlah korban atau infeksi, namun pada penyebaran geografisnya.
Sementara Center for Disease Control and Prevention (CDC) menyebut pandemi mengacu pada epidemi yang telah menyebar di beberapa negara atau benua, biasanya mempengaruhi sejumlah besar orang.
Mungkin sebagian besar dari kita masih bingung membedakan epidemi dan pandemi, yang mengubah status wabah virus corona (COVID-19) yang awalnya epidemi dan menjadi pandemi.
Mengutip berbagai sumber, epidemi merupakan istilah untuk menggambarkan setiap masalah yang tumbuh di luar kendali.
Baca Juga: Memilih Kontrasepsi Untuk Wanita Gemuk Perlu Hati-hati, Ini Alasannya
Epidemi didefinisikan sebagai "wabah penyakit yang terjadi di wilayah geografis yang luas dan memengaruhi sebagian besar populasi."
Sebaliknya, istilah pandemi berhubungan dengan penyebaran geografis dan digunakan untuk menggambarkan penyakit yang menyerang seluruh negara atau seluruh dunia, dilansir dari Verywellhealth.
Mengapa perbedaan penggunaan istilah ini penting? Terutama dari sudut pandang epidemiologi yang bertugas menentukan prevalensi penyakit (proporsi orang yang terpengaruh dalam suatu populasi) dan angka kejadian (kejadian penyakit selama periode waktu tertentu, istilah ini akan mengarahkan respons masyarakat untuk mengendalikan dan mencegah penyakit dengan lebih baik.
Lantas, bagaimana WHO memutuskan sebuah penyakit sebagai pandemi? Mengutip dari Guardian, pandemi diputuskan setelah ada gelombang infeksi dari orang ke orang, merupakan penyakit baru, dimana orang-orang tidak memiliki kekebalan akan penyakit itu, dan menyebar di seluruh dunia di luar dugaan.
Kapan suatu pandemi diumumkan? Tidak ada batasan, seperti jumlah kematian atau infeksi tertentu, atau sejumlah negara yang terkena dampak untuk menyatakan sebuah penyakit menjadi pandemi.
Sebagai contoh, SARS coronavirus, yang diidentifikasi pada tahun 2003, tidak dinyatakan sebagai pandemi oleh WHO meskipun menyebar hingga 26 negara.
Baca Juga: Sedang Tren, Penggunaan Obat Aspirin Untuk Mengatasi Jerawat
Baca Juga: Fakta Tentang Obat Diet, Bikin Kekurangan Gizi Hingga Menguras Kantong
Ini karena penyebarannya terkendali dengan cepat, dan hanya beberapa negara yang terpengaruh secara signifikan, termasuk Cina, Hong Kong, Taiwan, Singapura, dan Kanada.
Belajar dari pengalaman, WHO memang tidak sembarangan mengeluarkan status pandemi karena bila memicu kepanikan global, yang mana hal ini bisa mengalahkan tujuan untuk mencoba meningkatkan kewaspadaan.
Seperti pengalaman tentang H1N1 , yang secara sehari-hari dikenal sebagai "flu babi", sebagai pandemi pada tahun 2009, terbukti malah menyebabkan kepanikan yang tidak perlu.
Kembali ke pernyataan pandemi untuk Covid-29 oleh WHO, lalu apa yang perlu dipersiapkan? Prof Nigel McMillan dari Menzies Health Institute di Queensland, Australia, mengatakan sebuah deklarasi pandemi memperingatkan otoritas kesehatan untuk bersiap-siap menerapkan kebijakan tidak hanya menerapkan larangan perjalanan.
Baca Juga: Tak Perlu ke Gym, Latihan Kardio Ringan di Rumah Tingkatkan Kesehatan Jantung
Baca Juga: Pasien Kanker Butuh Makanan Ini Agar Penyakitnya Tidak Bertambah Parah
"Ini termasuk mempersiapkan rumah sakit untuk masuknya pasien dalam jumlah besar, menyiapkan antivirus, dan memberi tahu masyarakat bahwa ketika saatnya tiba, mereka perlu memikirkan hal-hal seperti tinggal di rumah jika sakit, menjauhkan diri dari sosial, menghindari pertemuan besar dll," kata McMillan. (*)
#berantasstunting