Dokter gigi memang tidak menangani mereka yang sakit karena infeksi virus.
Dokter gigi hanya merawat dan menangani pasien yang bermasalah dengan gigi juga mulutnya.
Tapi dokter gigi tidak bisa pilih pasien.
Dokter gigi kerap kali tidak tahu apakah pasiennya yang ditanganinya sudha terinfeksi virus atau manusia sehat.
Padahal kita tahu, salah satu cara penularan virus, tak terkecuali virus corona Covis-19 melalui droplets atau partikel air kecil yang keluar dari mulut dan hidupng pasien.
Dalam keadaan seperti ini, dokter gigi yang pekerjaannya bersentuhan langsung dengan sumber droplet tentu menjadi manusia paling berisiko bisa terinfeksi langsung virus dari pasiennya.
Baca Juga: WHO Sebut Cuaca Panas Hingga Bawang Putih Tak Ampuh Atasi Virus Corona, Ini 16 Fakta Lainnya
Karena itulah SOP kerja dokter gigi harus ekstra. Idelanya, harus menggunamkan kacamata khusus, sarung tangan khusus, juga penutup mulut dan hidung alias masker.
Sedihnya sekarang saat Indonesia terjangkit wabah virus corona Covis-19, salah satu alat penunjang kerja dokter gigi, yaitu masker menjadi langka.
Kalaupun ada harganya mana tahan, mahal sekali.
Nah, dampak kelangkaan dan lonjakan harga masker juga dirasakan para dokter gigi yang membuka praktik perawatan dan pengobatan gigi di wilayah Jakarta dan sekitarnya.
Kompas.com mewawancarai dua dokter gigi yang kesulitan akibat kelangkaan dan lonjakan harga masker di pasaran.
Baca Juga: Hati-Hati Luka Anak Bisa Jadi Infeksi Jika Tidak Cepat Ditangani