Find Us On Social Media :

Profesi Paling Rentan Terinfeksi Virus Corona Covid-19, Harus Bekerja Beberapa Centimeter dengan Orang Asing, Alat Penunjang Kerjanya Kini Langka

Dokter gigi profesi paling rentan terinfeksi virus. Kini salah satu alat penunjmag kerjanya langka.

 

GridHEALTH.id -Semua orang bisa terinfeksi virus corona Covid-19. Karena virus menyerang dan menginfeksi siapa saja tanpa pandang bulu.

Muda, anak-anak, bayi, dewasa, semua bisa terinfeksi virus corona Covid-19.

Kaya dan miskin pun sama, bisa terinfeksi virus yang sedang mewabah di banyak negara termasuk di Indonesia.

Baca Juga: Wartawan yang Kontak Langsung Dengan Menhub Budi Karya Belum Diperiksa, Akan Dibantu Tapi Tidak Hari Ini

Pun, semua profesi yang ada di dunia ini mempunyai risiko besar terpapar virus corona Covid-19.

Tenaga medis apalagi, mereka yang setiap hari bersentuhan dengan manusia sakit, tentu sangat rentan terinfeksi virus corona Covid-19.

Tapi ada satu profesi yang paling rentan terinfeksi. Karena mereka harus bekerja sangat dekat dengan orang asing setiap harinya.

Malah jaraknya hanya beberapa centimeter dari orang yang tidak dikenal, yang mana dia tidak tahu apakah orang asing tersebut pembawa virus corona Covis-19 atau manusia sehat.

Baca Juga: Pemerintah Memberlakukan Social Distancing. Apa Sih Social Distancing?

Ya, dia adalah tenaga medis. Tapi tenaga medis yang diramainya isu corona Covis-19 ini luput dari perhatian kita.

Mereka adalah dokter gigi.

Baca Juga: Hanya Karena Disengat Lebah, Farhat Abbas Kena Nyinyir Warganet Usai Berikan Saran Pencegahan Virus Corona: 'Masa Minum Obat Alergi?'

Dokter gigi memang tidak menangani mereka yang sakit karena infeksi virus.

Dokter gigi hanya merawat dan menangani pasien yang bermasalah dengan gigi juga mulutnya.

Tapi dokter gigi tidak bisa pilih pasien.

Dokter gigi kerap kali tidak tahu apakah pasiennya yang ditanganinya sudha terinfeksi virus atau manusia sehat.

Padahal kita tahu, salah satu cara penularan virus, tak terkecuali virus corona Covis-19 melalui droplets atau partikel air kecil yang keluar dari mulut dan hidupng pasien.

Dalam keadaan seperti ini, dokter gigi yang pekerjaannya bersentuhan langsung dengan sumber droplet tentu menjadi manusia paling berisiko bisa terinfeksi langsung virus dari pasiennya.

Baca Juga: WHO Sebut Cuaca Panas Hingga Bawang Putih Tak Ampuh Atasi Virus Corona, Ini 16 Fakta Lainnya

Karena itulah SOP kerja dokter gigi harus ekstra. Idelanya, harus menggunamkan kacamata khusus, sarung tangan khusus, juga penutup mulut dan hidung alias masker.

Sedihnya sekarang saat Indonesia terjangkit wabah virus corona Covis-19, salah satu alat penunjang kerja dokter gigi, yaitu masker menjadi langka.

Kalaupun ada harganya mana tahan, mahal sekali.

Nah, dampak kelangkaan dan lonjakan harga masker juga dirasakan para dokter gigi yang membuka praktik perawatan dan pengobatan gigi di wilayah Jakarta dan sekitarnya.

Kompas.com mewawancarai dua dokter gigi yang kesulitan akibat kelangkaan dan lonjakan harga masker di pasaran.

Baca Juga: Hati-Hati Luka Anak Bisa Jadi Infeksi Jika Tidak Cepat Ditangani

Baca Juga: Tak Sabar Antre Masuk Angkutan Umum, Sejumlah Penumpang Dibebaskan Pergi Tanpa Lakukan Pengecekan Suhu Tubuh

Dokter gigi yang pertama yang diwawancarai adalah Suci Sandra, Sp.KG.

Dia membuka praktik perawatan dan pengobatan gigi di wilayah Condet, Jakarta Timur.

Suci bercerita dia telah mengalami kelangkaan masker sejak isu virus corona masuk ke Indonesia pada Februari lalu.

Kendati demikian, dirinya masih bisa menemukan masker di pasaran walah harus ditebusnya dengan harga tinggi.

Padahal, masker merupakan alat perlindungan penting bagi seorang dokter yang berinteraksi dengan pasien dalam radius kurang dari satu meter.

Baca Juga: Perawat Usia 40 Tahun Dijatuhui Hukuman Seumur Hidup Oleh Majleis Hakim, 30 Nyawa Tak Tertolong

"Untuk kelangkaan masker sudah terasa sejak awal Februari ya, sejak dah ada kasus virus corona dari negara lain. Padahal untuk dokter gigi, jaraknya cuma sejengkal dari pasien (saat praktik perawatan atau pengobatan gigi)," kata Suci.

Tak banyak yang bisa dilakukan Suci untuk menghadapi kelangkaan masker di pasaran.

Dia bersama para dokter gigi lainnya di tempat praktiknya hanya memanfaatkan stok masker yang tersedia.

Suci bisa saja membeli masker dengan harga murah yang dijual di pasaran.

Namun, dia tak mau ambil risiko karena dia belum bisa menjamin keaslian masker-masker yang dijual dengan harga murah itu.

Baca Juga: Belanja Stok Kebutuhan Rumah Tangga, Ini Tips Hindari Covid-19

Baca Juga: Hati-Hati Luka Anak Bisa Jadi Infeksi Jika Tidak Cepat Ditangani

Selama ini, lanjut Suci, tempat praktiknya selalu berlangganan masker dari sebuah perusahaan distributor masker yang dijamin keaslian dan keamanannya.

"Kalau sekarang ini masih mengandalkan stok (masker) yang ada. Jadi, kan memang kalau praktik itu, kita stok barang-barang (masker) dan alat perlindungan diri," ungkap Suci.

"(Kalau beli masker yang dijual murah di pasaran) takut juga, takut enggak terjamin karena banyak yang bekas," lanjutnya.

Senada dengan Suci, dokter gigi lainnya yakni Nena Febrina juga mengeluhkan kelangkaan dan lonjakan harga masker di pasaran.

Baca Juga: Tak Sabar Antre Masuk Angkutan Umum, Sejumlah Penumpang Dibebaskan Pergi Tanpa Lakukan Pengecekan Suhu Tubuh

Padahal, setiap hari, Nena harus berinteraksi dengan para pasien di klinik giginya di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan.

Nena menjelaskan, kelangkaan masker telah dirasakan sejak awal Februari hingga kini.

Bahkan, harga satu boks masker mencapai Rp 250.000.

"Sampai sekarang makin parah sih, agak susah banget untuk mendapatkan masker. Harga satu boks masker dulu (sebelum mewabahnya virus corona) paling mahal Rp 50.000, sekarang tiba-tiba bisa Rp 250.000 per satu boks," ujar Nena.

Baca Juga: Perawat Usia 40 Tahun Dijatuhui Hukuman Seumur Hidup Oleh Majleis Hakim, 30 Nyawa Tak Tertolong

Baca Juga: 10 Detik Deteksi Corona, Angkie Yudistia Staf Khusus Presiden Dihujat Warganet

Sama seperti Suci, Nena juga harus bertahan dengan stok masker yang disediakan oleh perusahaan distributor.

Dia tak mau menanggung risiko membeli masker yang dijual dengan harga murah, tetapi kualitasnya belum terjamin.

Beberapa rekan kerja Nena bahkan rela menggunakan masker kain saat mengobati pasien.

Baca Juga: Update COVID-19; Terlalu Banyak Konsumsi Suplemen Imun Bisa Timbulkan Risiko Autoimune

Tak jarang, Nena juga rela antre di supermarket untuk mendapatkan masker yang dijual dengan harga tinggi.

Pembatasan pembelian masker juga dikeluhkan oleh Nena. Pasalnya, stok masker di pasaran belum terjamin, tetapi pemerintah telah membatasi pembelian masker untuk masyarakat termasuk tenaga medis.

"Akkhirnya kita mencoba untuk mencari (masker) ke supermarket-supermarket dengan harga promo, harganya masih masuk akal. Tapi kan di supermarket itu pembatasan pembelian per konsumen, itu yang bikin susah," ujar Nena.

Baca Juga: Cuci Tangan Dengan Sabun Cuci Piring untuk Cegah Virus Corona COVID-19

Baca Juga: Paket Anti Corona, Cari Untung dan Sensasi Ditengah Ketakutan dan Kesedihan Masyarakat Indonesia karena Covid-19

"Teman-teman masih kesusahan nyari masker, apalagi sekarang makin gila harganya," lanjutnya.

Seperti diketahui, penyebaran virus corona yang semakin meluas di Indonesia telah menyebabkan kelangkaan dan lonjakan harga masker di pasaran.

Adapun, jumlah pasien positif terjangkit virus corona di Indonesia bertambah menjadi 117 kasus hingga hari Minggu (15/3/2020).

Juru bicara penanganan virus corona Achmad Yurianto mengatakan, angka ini bertambah 21 kasus baru dari pengumuman yang dilakukan kemarin.(*)

#berantasstunting

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Cerita Dokter Gigi Terdampak Kelangkaan Masker, padahal Merawat Pasien dari Jarak Dekat