Find Us On Social Media :

Daya Rusak Covid-19 pada Tubuh Manusia, Ibarat 2 Virus Ganas SARS dan HIV Digabung Menjadi Satu

Daya rusak infeksi corona virus pada tubuh, ibarat dua virus SARS dan HIV AIDS disatukan

GridHEALTH.id - Daya rusak virus corona Covid-19 terhadap tubuh, ibarat virus SARS dan HIV digabung menjadi satu. Itulah kenyataannya yang banyak ditemui para peneliti.

Virus corona Covid-19, menurut banyak ilmuan, dapat membunh sel-sel kekebalan tubuh yang kuat, yang seharusnya bisa membunuh virus yang masuk ke dalam tubuh.

Hal itu pun yang dilakukan oleh virus HIV. Sekalinya masuk ke dalam tubuh virus HIV akan merusak kekebalan imunitas tubuh korbannya.

Baca Juga: Resep Vietnam Atasi Pandemi Virus Corona Hingga Tak Ada Korban Jiwa

Itulah bahayanya virus tersebut, yang ternyata ditemukan juga pada virus corona Covid-19 yang sekarang sedang mewabah di banyak negara di dunia.

Dilansir dari Asia One, para ilmuwan telah memperingatkan bahwa virus corona dapat membunuh sel-sel kekebalan yang kuat yang seharusnya membunuh virus.

Penemuan mengejutkan, yang dibuat oleh tim peneliti dari Shanghai dan New York, yang juga diamini oleh para dokter yang bertugas menangani pasien positif corona, menyatakan bahwa virus SARS CoV-2 Novel virus ini dapat menyerang sistem kekebalan tubuh manusia.

Kondisi itu menurut para ilmuan, serupa dengan yang ditemukan pada pasien HIV.

Baca Juga: Tak Terima Ditegur untuk Gunakan Masker, Satpam Ini Tampar Perawat hingga Alami Trauma dan Sakit Kepala

Baca Juga: Pasien PDP Corona Di Samarinda Ngamuk Ancam Petugas Dengan Pecahan Kaca, Tak Mau Diisolasi

Penelitian tersebut dikemukakan setelah Sars-CoV-2 Novel virus ini bergabung dengan virus yang hidup pada sel limfosit T yang ditumbuhkan di laboratorium.

Limfosit T, juga dikenal sebagai sel T, memainkan peran sentral dalam mengidentifikasi dan menghilangkan penjajah asing dalam tubuh.

Mereka melakukan ini dengan menangkap sel yang terinfeksi virus, membuat lubang di membrannya dan menyuntikkan bahan kimia beracun ke dalam sel.

Bahan kimia ini kemudian membunuh virus dan sel yang terinfeksi dan merobeknya berkeping-keping.

Baca Juga: Lagi-Lagi, Puluhan Warga Dinyatakan ODP Usai Hadiri Tahlilan Pasien Positif Covid-19

Tapi para ilmuan terkejut anakala menjumpai sel T menjadi mangsa virus corona dalam percobaan mereka.

Mereka menemukan struktur unik dalam protein lonjakan virus yang tampaknya telah memicu perpaduan virus dan membran sel ketika mereka bersentuhan.

Gen virus kemudian memasuki sel T dan mengambilnya sebagai sandera, menonaktifkan fungsinya melindungi manusia.

Para peneliti melakukan percobaan yang sama dengan sindrom pernapasan akut yang parah, atau SARS. Ini adalah jenis virus corona yang lain.

Dalam percobaab itu para ilmuan menemukan virus SARS tidak memiliki kemampuan untuk menginfeksi sel T.

Alasannya, mereka menduga, adalah kurangnya fungsi fusi membran.

Baca Juga: Semua Pasien Sembuh, Kini Aceh Umumkan Pasien Nol Positif Covid-19

Baca Juga: Akibat Berpesta Saat Pandemi Covid-19, Tamu Undangan Terinfeksi Corona, 3 Meninggal Dunia

Sars, yang membunuh ratusan pada wabah di 2003, hanya dapat menginfeksi sel yang membawa protein reseptor spesifik yang dikenal sebagai ACE2, dan protein ini memiliki kehadiran yang sangat rendah dalam sel T.

Investigasi lebih lanjut terhadap infeksi virus corona pada sel T primer akan membangkitkan "Ide-ide baru tentang mekanisme patogenik dan intervensi terapeutik," kata para peneliti dalam makalah yang diterbitkan dalam jurnal peer-review Cellular & Molecular Immunology minggu ini.

Dilain pihak, seorang dokter yang bekerja di rumah sakit umum merawat pasien Covid-19 di Beijing mengatakan, penemuan tersebut menambahkan bukti lain pada kekhawatiran yang berkembang di kalangan medis, yang mana virus corona terkadang bisa berperilaku seperti beberapa virus paling terkenal yang secara langsung menyerang sistem kekebalan manusia.

"Virus corona novel ini, semakin banyak orang membandingkannya dengan HIV," kata dokter yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena sensitivitas masalah ini.

Baca Juga: Pro Kontra Usulan Ganjar Pranowo Soal TMP untuk Tenaga Medis

Pedapat lain pun mengatakan mengenai hal yang sama, dalam artian mendukung temuan tersebut.

Pada bulan Februari, Chen Yongwen dan rekan-rekannya di Institute of Immunology PLA merilis sebuah laporan klinis yang memeringatkan bahwa jumlah sel T manusia dapat turun secara signifikan pada pasien Covid-19,

Terutama ketika mereka berusia lanjut atau memerlukan perawatan di unit perawatan intensif, yang mungkin karena adanya penyakit berat penyerta lainnya.

Jadi semakin rendah jumlah sel T seseorang, bilamana dirinya terinfeksi virus corona Covid-19, maka semakin tinggi risiko kematiannya.

Baca Juga: Sejak Covid-19 Omzet Pedagang Empon-empon Naik 200 Persen, Menurut SK Menkes Aman untuk Kesehatan, Buat Sendiri Yuk!

Baca Juga: Kewalahan Menghadapi Covid-19, Mendagri Turki Mengundurkan diri

Pengamatan ini kemudian dikonfirmasi oleh pemeriksaan otopsi pada lebih dari 20 pasien, yang sistem kekebalannya hampir sepenuhnya hancur, menurut laporan media daratan.

Dokter yang melihat mayat itu mengatakan kerusakan pada organ dalam mirip dengan kombinasi SARS dan Aids-HIV.

Gen di balik fungsi fusi dalam Sars-CoV-2 tidak ditemukan pada virus corona lain pada manusia atau hewan.

Tetapi beberapa virus manusia yang mematikan seperti Aids dan Ebola memiliki urutan yang sama.

Karenanya hal ini membuat munculnya spekulasi bahwa virus corona baru ini, yang sekarang tengah mewabah dihampir seluruh negara di dunia, mungkin telah menyebar dengan tenang di masyarakat untuk waktu yang lama sebelum menyebabkan pandemi saat ini.

Menurut penelitian lainnya, ada satu perbedaan utama antara Sars-CoV-2 dan HIV juga SARS yang sudah dikenal.

Baca Juga: Kewalahan Menghadapi Covid-19, Mendagri Turki Mengundurkan diri

HIV dapat bereplikasi dalam sel T dan mengubahnya menjadi pabrik untuk menghasilkan lebih banyak salinan untuk menginfeksi sel lain.

Tetapi Lu dan Jiang tidak mengamati pertumbuhan coronavirus setelah memasuki sel-T, menunjukkan bahwa virus dan sel-T mungkin akan mati bersama.

Karenanya studi tersebut memunculkan beberapa pertanyaan baru.

Sebagai contoh, virus corona dapat ada selama beberapa minggu pada beberapa pasien tanpa menimbulkan gejala apa pun.

Bagaimana cara berinteraksi dengan sel T pada pasien ini tetap tidak jelas.

Beberapa pasien yang sakit kritis juga mengalami badai sitokin, di mana sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan dan menyerang sel-sel sehat.

Tetapi mengapa dan bagaimana pemicu virus corona itu masih kurang dipahami.

Jadi bagaimana yang harus dilakukan oleh kita sebagai masyarakat dalam menghadapi kenyataan ini?

Baca Juga: Update Covid-19; Pasien Corona di Wisma Atlet Kemayoran Sejak Minggu Jumlahnya Berkurang 27 Orang

Baca Juga: Sakit Maag Sembuh dengan Puasa Ramadan, Manajemen Makan dan Air Putih Hangat Saat Berbuka dan Sahur Kuncinya

Satu hal yang harus kita pahami, kita di dunia tiak bisa sembunyi dari virus corona, juga virus manapun.

Sebab kita mau sembunyi dimana? Sementara virus sendiri datang atau ada tidak di sekitar kita, kita sendiri tidak tahu dan tidak ada yang bisa mendeteksinya dengan pasti.

Jadi jaga kesehatan masing-masing, dengan makan-makanan sehat bergizi yang bisa mendukung kemampuan imunitas tubuh bekerja optimal dan banyak jumlanya.

Istirahat cukup. Juga olahraga. Karena makan apapun, tanpa olahraga dan istirahat yang cukup percuma.

Baca Juga: Daun Laban Diyakini Bisa Mengobati Virus Corona Kini Banyak Diburu, Ditemukan Seorang Kakek Melalui Mimpi

Terkahir tawakal pada Tuhan yang Maha Esa. Karena hanya kepadaNya virus tunduk dan patuh.

Terakhir, jalankan semua saran ahli, seperti menjaga jarak, tidak berada dikeremunan, dan menggunakan masker setiap keluar rumah.(*)

#berantasstunting

#HadapiCorona