Find Us On Social Media :

Hari Hipertensi Dunia 2020, Tekanan Darah Tinggi Komorbid Berbahaya Bagi Covid-19

Hipertensi perburuk infeksi Covid-19

GridHEALTH.id – Saat pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, jangan melulu terfokus pada korban dan droplet.

Ingat juga tekanan darah kita. Sebab tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan salah satu penyakit penyerta (komorbiditas) berbahaya bagi pasien terinfeksi virus Covid-19.

Baca Juga: Warga Padati Pusat Perbelanjaan, Kasir Mal Ini Dikabarkan Meninggal Akibat Positif Covid-19

Untuk diketahui, pedoman American Heart Association (AHA) mengingatkan mereka dengan tekanan darah tinggi bisa jadi akan menghadapi risiko komplikasi lebih parah jika terinfeksi virus Covid-19. 

Data temuan pasien Covid-19 yang meninggal di Indonesia juga menunjukkan, pengidap penyakit hipertensi dengan komorbiditas penyakit kronis lainnya seperti penyakit jantung, ginjal, diabetes hingga stroke.    

Sayangnya hingga saat ini ini kepedulian terhadap hipertensi dan kesadaran akan pencegahan sekaligus pengobatannya di Indonesia masih rendah.

Penderita hipertensi tidak menyadari bahwa dirinya telah menderita hipertensi, sehingga tidak mendapatkan pengobatan.

Baca Juga: Membuat Ketupat Sendiri dengan Beras Pulen, Anti Gagal dan Anti Basi

Baca Juga: PSBB Jakarta Diperpanjang sampai 4 Juni, Anies Bswedan Sebut 'New Normal' Akan Diberlakukan

Hal itu ditunjukan hasil lappran Riskesdas tahun 2018; mencatat sebanyak 63 juta orang atau sebesar 34, 1% penduduk di Indonesia menderita hipertensi. 

Dari populasi hipertensi tersebut, hanya sebesar 8,8% terdiagnosis hipertensi dan hanya 54,4% dari yang terdiagnosis hipertensi rutin minum obat.

Karenanya, dalam rangka merayakan Hari Hipertensi Dunia yang jatuh pada tanggal 17 Mei, dr. Tunggul D. Situmorang, Sp.PD-KGH, FINASIM, President Indonesian Society of Hypertension (InaSH) atau Perhimpunan Dokter Hipertensi (PERHI) mengatakan, “Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang mengakibatkan meningkatnya angka kesakitan dan kematian serta beban biaya kesehatan. Hipertensi tidak bergejala (silent killer) dan merusak organ-organ penting antara lain otak, jantung, ginjal, pembuluh darah besar sampai ke pembuluh darah kecil.”

Baca Juga: Ilmuwan Ingatkan Meski Vaksin Ditemukan Virus Corona Tak Akan Hilang

Baca Juga: Habiskan Rp 134 Miliar, Konglomerat Amerika Sibuk Cari Bungker Mewah untuk Selamatkan Diri dari Paparan Virus Corona

Masih menurutnya, ada Annual Meeting ke-13 Februari tahun 2019 yang lalu, PERHI meluncurkan Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi yang  menggarisbawahi bahwa diagnosis hipertensi sangat ditentukan oleh Man, Material, Method (3M) yaitu dokter dan pasien, alat pengukur dan pengukurannya termasuk persiapannya.

Pemeriksaan Tekanan Darah di Rumah (PTDR) berperan cukup penting untuk deteksi, diagnosis dan evaluasi terapi yang efektif serta bermanfaat memberikan gambaran variabilitas tekanan darah.

 “Terkait dengan pasien-pasien hipertensi yang terinfeksi virus corona, akhir-akhir ini terdapat isu bahwa ada obat anti hipertensi golongan tertentu yang dianggap dapat memperburuk keadaan tapi hal tersebut  tidak mempunyai bukti-bukti yang cukup sehingga tetap harus diberikan,” jelasnya.

“Dalam masa Pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, kami menghimbau agar masyarakat  lebih peduli untuk secara teratur melakukan PTDR dan apabila pada pasien hipertensi muncul gejala awal Covid-19 seperti meningkatnya suhu tubuh, sesak nafas,batuk kering dsb, segera berkonsultasi kepada dokter,” ia menekankan.

Baca Juga: Hari Hipertensi Dunia: Selama Pandemi Covid-19, Penderita Hipertensi Wajib Rutin Cek Tekanan Darah, Ini Alasannya

Baca Juga: Dilarang Mudik Lokal Selama Corona, Ini Daftar Titik Check Point yang Ditetapkan Dishub DKI

Hal senada diutarakan dr. Ekawati Dani Yulianti, Sp.S. Menurutnya, “ Sesuai dengan tema Hari Hipertensi Dunia tahun ini yaitu, ‘Know your number’ yang berarti penatalaksanaan hipertensi itu bukan hanya mengenai bagaimana mencapai sasaran tekanan darah yang optimal, namun juga lebih dari itu, yaitu bagaimana kita dapat mendeteksi sedini mungkin, menatalaksananya dengan baik dan benar sesuai kondisi  individu pengidap yang tentu berbeda-beda.”

Karena dengan seperti itu, dapat mencegah komplikasi di kemudian hari, serta menatalaksana komplikasi-komplikasi dari hipertensi tersebut.

Sementara itu,  dr. Amanda Tiksnadi, Sp.S (K), mengungkapkan, “Hipertensi sendiri saja, secara perlahan tapi pasti, akan menyebabkan komplikasi kerusakan struktural dan fungsional pembuluh darah dan juga organ-organ terminal (mata, otak, jantung, ginjal). Hal ini dikenal dengan istilah Hypertension-Mediated Organ Damage (HMOD).”

Baca Juga: Setelah New Normal, Kini Muncul Istilah Zona Hitam, Apa Artinya?

Ia menerangkan, “Laporan-laporan yang ada menyebutkan bahwa sekitar 35% pasien covid-19 merupakan pengidap hipertensi, diabetes, maupun penyakit kardiovaskular lainnya. Selain itu juga dilaporkan bahwa pengidap penyakit-penyakit tersebut memiliki risiko lebih tinggi untuk terinfeksi dan menunjukkan gejala yang lebih berat bila terinfeksi Covid-19. Selain komplikasi saluran pernafasan, infeksi Covid-19 juga menyebabkan berbagai komplikasi langsung di jantung, otak dan ginjal seperti diantaranya serangan jantung, stroke, gagal ginjal akut.”

Baca Juga: Jadi Primadona saat Lebaran, Berikut Kandungan Gizi Opor Ayam Beserta Manfaatnya Bagi Kesehatan

Baca Juga: Yuk Bantu Sembuhkan Pasien Covid-19 dengan Donor Plasma Konvalesen, Begini Caranya

Oleh karena itu, dapat dipahami seorang penderita hipertensi yang terinfeksi Covid-19 memiliki faktor risiko berlipat ganda untuk mengalami kerusakan organ multiple, yaitu risiko HMOD akibat hipertensi itu sendiri ditambah dengan risiko komplikasi infeksi covid-19 yang menyerang organ target yang sama dengan hipertensi.

Penting juga diketahui, belum didapatkan bukti yang cukup bahwa hipertensi dan penggunaan obat-obat anti hipertensi berhubungan langsung dengan peningkatan risiko maupun komplikasi infeksi covid-19.

Hipertensi terutama dijumpai pada populasi usia lanjut, di mana usia (lanjut) sendiri merupakan faktor mayor untuk terinfeksi, dan juga beratnya komplikasi virus Covid-19. Dengan demikian, InaSH/PERHI tetap merekomendasikan untuk melanjutkan upaya penanganan kasus-kasus hipertensi sesuai dengan guideline terakhir yang telah dikeluarkan InaSH tahun 2019 yang lalu.(*)

Baca Juga: Menjalani Ritual Kawalu, Siapa Sangka Justru Bantu Warga Badui Terbebas Dari Covid-19

 #berantasstunting

#HadapiCorona