GridHEALTH.id - Diawali Virus Corona dan Saling Tuding Penyebabnya, 2 Negara Besar Berebut Wilayah Kekuasaan, Siap Perang?
Sejak WHO menyebut Covid-19 menjadi pandemi dunia, dua negara besar Amerika Serikat dan China mulai bersitegang.
Amerika terus menerus menyebut China sebagai biang keladi penyebaran virus corona ini.
Baca Juga: Bak Seorang Psikopat, Wanita Ini Duduk Santai Usai Membunuh dan menguliti Teman Prianya
Malah Presiden Amerika Serikat, Doland Trump tidak ragu menyebut negara China sebagai biang keladi adanya pandemi global virus corona.
Tapi hal itu selalu dibantah oleh China.
Masalah tersebut tersebut berkelanjutkan hingga berkembang menjadi konflik.
Konfliknya berebut daerah kekuasaan Laut China Selatan.
Bahkan, baru-baru ini AS mengatakan, China menggunakan virus corona baru sebagai kedok untuk mendorong klaim teritorial di Laut China Selatan melalui lonjakan aktivitas angkatan laut mereka untuk mengintimidasi negara-negara lain yang mengklaim perairan itu.
Komandan Pasukan AS di Jepang Letnan Jenderal Kevin Schneider menyatakan, ada lonjakan aktivitas oleh China di Laut China Selatan dengan kapal angkatan laut, kapal penjaga pantai, dan kapal penangkap ikan yang melecehkan kapal lain di perairan yang Beijing klaim tersebut.
"Melalui krisis (Covid-19), kami melihat lonjakan aktivitas maritim," katanya kepada Reuters dalam wawancara via telepon, Jumat (5/6), dilansir dari Intisari.id (6 Juni 2020).
Dia menyebutkan, Beijing juga meningkatkan kegiatannya di Laut China Timur, di mana ia bersengketa wilayah dengan Jepang.
Baca Juga: Kelab Malam Hingga Panti Pijat Sudah Boleh Beroperasi, Begini aturan PSBB Terbaru Kota Bekasi
Schneider memperkirakan, peningkatan aktivitas Beijing kemungkinan akan berlanjut.
"Saya tidak melihat palung, saya melihat dataran tinggi," ujarnya.
Jepang menjadi tuan rumah konsentrasi pasukan AS terbesar di Asia, termasuk kapal induk, pasukan amfibi, dan skuadron tempur.
Selain membela Jepang, keberadaan mereka untuk mencegah China memperluas pengaruhnya di wilayah tersebut, termasuk di Laut China Selatan.
Baca Juga: 50 Ribu Butir Obat Batuk Disalahgunakan Untuk Mabuk di Bengkulu Selatan
Beijing telah membangun pangkalan-pangkalan militer di atas terumbu di Laut China Selatan yang kaya energi, atau di dekat perairan yang diklaim oleh negara-negara lain, termasuk Filipina, Vietnam, dan Malaysia.
Perdana Menteri Singapura Sebut China Tidak Akan Pernah Kalahkan Amerika di Laut China Selatan
Perdana Menteri Singapura berikan pernyataan menohok kepada China terkait persaingan kekuatan negara itu dengan Amerika.
Lee Hsien Loong mengatakan, kehadiaran keamanan Amerika "tetap penting di wilayah Asia-Pasifik".
China, disebutnya juga tidak akan mampu mengambil alih peranan Amerika menjaga keamanan Asia Tenggara.
Bahkan walaupun China sudah gunakan pasukan militer yang sangat banyak.
Dilansir dari South China Morning Post, Lee menulis di majalah Foreign Affairs jika kehadiran militer China perebutkan klaim maritim dan teritorial di Laut China Selatan memiliki arti lain.
Artinya adalah negara-negara di perairan tersebut akan "terus-terusan melihat kehadiran Angkatan Laut China yang berusaha mengambil klaim tersebut".
Ia juga tuliskan bahwa banyak negara Asia Tenggara yang "sangat sensitif" terkait persepsi bahwa China punya pengaruh.
Mereka sensitif mengenai pandangan terkait China mempunyai pengaruh dalam jumlah etnis minoritas China.
Baca Juga: 5 Makanan Tak Boleh Disimpan di Freezer, Ternyata Ini Alasannya
"Meskipun negara tersebut tingkatkan kekuatan militernya, China masih tidak dapat kalahkan peran pasukan keamanan Amerika," tulisnya.
Tambahan lagi, jika pasukan Amerika ditarik dari wilayah Asia Utara maka hal tersebut akan memicu Jepang dan Korea Selatan untuk kembangkan senjata nuklir.
Pasalnya, tidak ada pasukan keamanan Amerika maka ancaman dari Korea Utara dapat terjadi kapan saja.
Artikel Lee datang di tengah meningkatnya tekanan antara Amerika dan China.(*)
#brantasstunting
#HadapiCorona
Artikel ini telah tayang di Kontan.id dengan judul AS: China gunakan krisis corona sebagai kedok dorong klaim di Laut China Selatan