Find Us On Social Media :

Anak-anak Indonesia Terperangkap dalam 'Lingkaran Setan' Saat Pandemi, Gizi Buruk Penyebab Kematian Covid-19

Anak-anak di tengah pandemi Covid-19.

GridHEALTH.id - Anak-anak Indonesia Terperangkap dalam 'Lingkaran Setan' Saat Pandemi, Gizi Buruk Penyebab Kematian Covid-19

Indonesia merupakan salah satu negara yang mencatat kematian akibat virus corona yang cukup tinggi di antara 215 negara yang melaporkan kasus corona di dunia.

Kasus kematian akibat virus corona di Indonesia hingga kini ada sebanyak 2.000 total kasus, pada Kamis, 11 Juni 2020.

Baca Juga: BNPB Sebut Orangtua Lebih Berisiko Meninggal karena Covid-19, IDAI Tegas; Paling Banyak Balita dan Usia Sekolah

Angka itu pun menjadikan Indonesia saat ini berada di urutan ke 22 dengan jumlah kasus kematian akibat virus corona di dunia, menurut Worldometers.

Tak banyak disadari, kematian akibat corona juga terjadi pada anak-anak.

Dilansir dari Kompas.com, berdasarkan data Kementerian Kesehatan hingga Sabtu (30/5/2020), terdapat 1.851 kasus Covid-19 pada anak berusia kurang dari 18 tahun. 

Dari jumlah itu, terdapat 29 kasus kematian akibat corona pada anak yang dilaporkan.

Bahkan, menurut Ketua Ikatan Doker Anak Indonesia (IDAI) Aman Bhakti Pulungan, tingkat kematian anak akibat virus corona di Tanah Air merupakan yang tertinggi di negara ASEAN.

Baca Juga: 5 Fakta Penularan Covid-19 Pada Bayi dan Balita, Menurut Para Ahli

Baca Juga: UNICEF: Status Gizi Anak Indonesia Berpotensi Semakin Memburuk Akibat Covid-19

"Kalau dibandingkan negara lain, kita paling tinggi (tingkat kematian) dibandingkan Singapura, Malaysia, dan Vietnam," kata Aman, seperti dikutip dari Kompas.com.

Padahal awalnya banyak disebut, virus corona menyerang usia lanjut dan individu yang disertai penyakit bawaan, dibanding anak-anak.

Faktanya, angka kematian akibat virus corona pada anak di Indonesia cenderung tinggi.

Rupanya, hal itu bisa terjadi lantaran anak-anak juga mempunyai komorbid atau penyakit penyerta. 

Baca Juga: Jika Kasus Virus Corona Terus Meningkat, Benarkah PSBB Terancam Diterapkan Lagi?

"Selalu dikatakan anak itu tidak ada komorbidnya dan lain-lain, komorbid kita apa? Kurang gizi termasuk malnutrisi di sini, TBC kita tinggi, demam berdarah masih ada kita, ada yang masuk juga dengan radang otak," kata Aman, dalam acara Rapat Koordinasi Nasional Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) secara daring, Kamis (11/6/2020), seperti dilansir dari Kompas.com.

Selain itu, ada ancaman asma dan diabetes yang juga menjadi komorbid pada anak.

Baca Juga: Berantas Stunting: Dampak Nyata Masalah Gizi Kronis Merembet pada Prestasi Akademik Anak

Baca Juga: Provokator Gunakan Isu Konspirasi Untuk Jemput Paksa Jenazah PDP Corona di Makassar

Dilansir dari Ruters, Juru Bicara Pemerintah bidang kesehatan, Ahmad Yurianto, mengatakan tingginya angka kematian anak akibat virus corona disebabkan oleh faktor-faktor yang mendasarinya, khususnya kekurangan gizi, anemia dan fasilitas kesehatan anak yang tidak memadai.

“Covid-19 membuktikan bahwa kita harus berjuang melawan malnutrisi,” ujar Achmad Yurianto, kepada Reuters.

Baca Juga: Terpuruknya Ekonomi Karena Pandemi Covid-19, Bukan Berarti Susu Kental Manis Jadi Solusi Gizi Anak Indonesia

Dia mengatakan anak-anak Indonesia terperangkap dalam "lingkaran setan", siklus kekurangan gizi dan anemia yang meningkatkan kerentanan mereka terhadap virus corona.

Baca Juga: Kronologi Puluhan Warga Tolak Rapid Test Usai Diduga Melakukan Kontak dengan Pasien 02 di Flores Timur

Yuri bahkan membandingkan anak-anak yang kekurangan gizi dengan struktur lemah yang “hancur setelah gempa bumi”.

Seperti kita tahu, struktur bangunan yang terkena gempa bumi itu rapuh di dalam dan diluarnya.

Jadi jika anak Indonesia stunting yang mana artinya kekuragan gizi, luarnya rapuh dalamnya apalagi, selain rapuh imunitasnya pun sangat lemah.

Jika demikian, kita bisa memahami mengapa Achmad Yurianto mempunyai pendapat seperti itu mengenai anak Indonesia, yang tentunya rentan terinfeksi virus corona.

Karena hal itu pula, tidak heran jika beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo mengingatkan seluruh jajaran menteri terkait untuk tidak melupakan ancaman stunting dan penyakit lainnya yang juga mewabah di tengah masyarakat.

Baca Juga: Angka Stunting Di Indonesia Masih Jauh Dari Harapan, Jokowi Beri Peringatan

Presiden Joko Widodo pun menginstruksikan agar pengerjaan proyek strategis nasional (PSN) tetap berjalan di tengah pandemi virus corona atau Covid-19.

Proyek strategis yang dimaksud, terutama yang bisa berdampak pada pemulihan ekonomi. Namun, bukan semata hanya sektor ekonomi saja yang dijalankan, melainkan juga bidang mendasar lainnya seperti kesehatan.

Baca Juga: Miris! Demi Terhindar dari Virus Corona, Anak-anak hingga Ibu Menyusui Gunakan Rokok Herbal

"Di bidang kesehatan, kita memiliki agenda besar, yaitu menurunkan stunting, pemberantasan TBC, malaria, demam berdarah, HIV/AIDS, dan juga berkaitan dengan gerakan hidup sehat yang harus terus kita kerjakan" kata Jokowi, dalam akun Youtube Sekretariat Presiden di Jakarta, Jumat (29/5/2020).

Baca Juga: Studi di Belanda: Anak-anak Bukan Penyebar Virus Corona yang Utama

Seperti diketahui, pemerintah menargetkan pada 2024 angka stunting turun 14%.

Namun angka ini mungkin saja akan sulit tercapai dengan kondisi seperti saat ini, di mana Posyandu dan tenaga kesehatan di Puskesmas tidak beroperasi dampak dari Covid-19.

Karenanya, pemahaman akan pemenuhan gizi seimbang harus diberikan kepada masyarakat dan ditingkatkan.

Misal, edukasi membiasakan membaca label produk makanan dan minuman sebelum dibeli dan diberikan kepada anak. Supaya apa yang diberikan kepada anak tepat, contoh; tidak memberikan produk kaya gula pada anak, walau bahasa brandingnya adalah susu.(*)

Baca Juga: Jaga Jarak Disebut Turunkan Risiko Penularan Virus Corona 85%, Berapa Jarak yang Dianggap Aman?

 #berantasstunting #hadapicorona