GridHEALTH.id - Ketika kasus infeksi virus corona di dunia telah menjangkit lebih dari 9,5 juta penduduk, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan bahwa rumah sakit saat ini mengalami kekurangan konsentrator oksigen.
Konsentrator oksigen merupakan alat yang digunakan untuk memberikan oksigen tambahan bagi pasien penyakit paru-paru.
Sejauh ini, virus corona telah menyebabkan sejumlah orang yang terinfeksi mengalami masalah pernafasan sehingga membutuhkan alat bantuan seperti konsentrator oksigen.
"Banyak negara sekarang mengalami kesulitan mendapatkan konsentrator oksigen," kata direktur jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, seperti dilansir dari The Guardian, Kamis (25/6/2020).
"Permintaan saat ini melebihi pasokan." paparnya.
Untuk itu, WHO telah membeli 14.000 konsentrator oksigen dari pabrik dan berencana mengirim mereka ke 120 negara dalam beberapa minggu mendatang, kata Tedros.
Baca Juga: Viral Tenaga Medis Pingsan hingga APD Harus Digunting, Dehidrasi usai Antar Jemput Pasien Covid-19.
Dia menambahkan, sebanyak 170.000 konsentrator yang bernilai sekitar US $ 100 juta atau setara Rp.1,426,300 triliun akan berpotensi tersedia selama enam bulan ke depan.
Dilansir dari Nytimes, pada bulan Mei, Aliansi untuk International Medical Action, atau Alima, merawat 123 pasien Covid-19 di Republik Demokratik Kongo, kata Dr. Baweye Mayoum Barka, perwakilan badan amal di Kinshasa.
Dari jumlah itu, 56 di antaranya membutuhkan oksigen, namun peralatan yang tersedia tidaklah mencukupi.
"Jadi, sayangnya, ada 26 kematian, 70% dari mereka dalam waktu kurang dari 24 jam," kata Dr. Barka.
"Saya tidak bisa mengatakan mereka semua kekurangan oksigen, tetapi itu berperan."
Baca Juga: Pengakuan Jujur Dokter Spesilias Paru dan Pernapasan selama Merawat Pasien Corona
Alima membutuhkan 40 konsentrator oksigen, tetapi agensi hanya memiliki delapan, katanya. Karena sulit untuk memindahkan pasien dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain, maka beberapa pasien dinyatakan meninggal usai menunggu dan terengah-engah.
Di Kongo, banyak pasien Covid-19 tiba di rumah sakit dengan tingkat oksigen darah sangat rendah bahkan ada yang mencapai 60%, tingkat itu jauh dari angka normal sehingga dalam kondisi tersebut pasien biasanya harus memakai ventilator untuk bertahan hidup.
Salah satu pasien tersebut adalah seorang dokter yang untuk sementara waktu menolak untuk pergi ke rumah sakit dan memilih tinggal di rumah.
"Kemudian, ketika kondisinya memburuk dan dia datang, tepat ketika dia mendekati gedung Covid, dia mengalami kejang-kejang," kenang Dr. Barka.
"Mereka berhenti untuk memberinya obat untuk mereka, dan dia mati tepat di pintu gerbang." tambahnya.
Kasus kekurangan konsentrator oksigen juga terjadi di Nigeria, kata Dr. Sanjana Bhardwaj, kepala kesehatan UNICEF di sana.
Sejak Mei, rumah sakit di Lagos dan Kano telah melihat pasien yang lebih tua dengan gejala Covid-19 yang membutuhkan oksigen.
Baca Juga: Tidak Semua Sesak Napas Karena Covid-19 Bisa Diatasi dengan Latihan Pernapasan, Begini Penjelasannya
Di hampir setiap negara, virus corona menyerang tanpa pandang bulu, baik kaya maupun miskin, sekitar 15% dari semua pasien bergejala mengembangkan pneumonia yang cukup parah sehingga membutuhkan oksigen ekstra, menurut perkiraan WHO, tetapi tidak begitu mengerikan sehingga mereka harus memakai ventilator.(*)
#berantasstunting #hadapicorona