Find Us On Social Media :

Update Covid-19; Pertama di Dunia, Universitas Rusia Berhasil Menyelesaikan Uji Klinis Vaksin Covid-19

[Ilustrasi] Vaksin virus corona.

GridHEALTH.id - Saat dunia bergulat dengan peningkatan infeksi Covid-19, salah satu universitas kedokteran negeri di Rusia, Sechenov First Moscow State Medical University telah berhasil menyelesaikan uji klinis vaksin pertama di dunia untuk Covid-19.

Menurut Vadim Tarasov, direktur Institute for Translational Medicine and Biotechnology, Universitas akan mengeluarkan kelompok relawan pertama, yang uji klinisnya dilakukan, pada 15 Juli dan gelombang kedua pada 20 Juli.

Baca Juga: Saat Rajanya Mengisolasi Diri Bermasa Selir di Jerman, Ilmuan Thailand Segera Uji Coba Vaksin Corona ke Manusia November, Siapkan 10 Ribu Dosis

"Universitas Sechenov telah berhasil menyelesaikan tes pada sukarelawan dari vaksin pertama dunia melawan virus corona," kata laporan berita Rusia Sputnik mengutip Tarasov.

Universitas memulai uji klinis vaksin yang diproduksi oleh Institut Epidemiologi dan Mikrobiologi Rusia Gamalei pada 18 Juni ketika sekelompok 18 sukarelawan divaksinasi, dan yang kedua tahap pada 23 Juni dengan sekelompok 20 sukarelawan yang divaksinasi.

Baca Juga: Bill Gates Beri Peringatan; Jika Vaksin Corona Mahal, Covid-19 Akan Jauh Lebih Mematikan

Menurut Alexander Lukashev, direktur Institute of Medical Parasitology, Tropical and Vector-Borne Diseases di Sechenov University, tujuan dari tahap penelitian ini adalah untuk menunjukkan keamanan vaksin untuk kesehatan manusia, yang berhasil dilakukan.

"Keamanan vaksin dikonfirmasi. Ini sesuai dengan keamanan vaksin yang saat ini ada di pasaran," kata Lukashev kepada Sputnik.

Rencana pengembangan vaksin lebih lanjut sudah ditentukan oleh strategi pengembang, termasuk kompleksitas situasi epidemiologis dengan virus dan kemungkinan peningkatan produksi, Lukashev menambahkan.

"Universitas Sechenov dalam situasi pandemi bertindak tidak hanya sebagai lembaga pendidikan tetapi juga sebagai pusat penelitian ilmiah dan teknologi yang mampu berpartisipasi dalam penciptaan produk penting dan rumit seperti obat-obatan ...

Kami bekerja dengan vaksin ini, dimulai dengan studi praklinis dan pengembangan protokol, dan uji klinis saat ini sedang berlangsung, "kata Tarasov.

Baca Juga: Setelah Uji Klinis Aman, Vaksin Virus Corona Mulai Disuntikkan ke Tentara

Dilansir dari The Week, Smolyarchuk, yang mengepalai Pusat Penelitian Klinis untuk Pengobatan di Universitas Sechenov, mengatakan para relawan akan tetap berada di bawah pengawasan medis sebagai pasien rawat jalan setelah dipulangkan.

Sebelumnya, pada 30 Juni, para peneliti mengatakan mereka tidak mengamati efek samping yang merugikan dari vaksin pada sukarelawan.

Baca Juga: Update Covid-19; Tidak Ada Vaksin Corona Indonesia Dalam Waktu Dekat, Kemenristek Akui Baru Terealisasi Pertengahan Tahun Depan

"Percobaan sedang dilakukan secara rutin tanpa reaksi merugikan yang serius. Ada beberapa efek samping yang dapat diprediksi terkait langsung dengan inokulasi vaksin.

Ini adalah reaksi sistemik dan lokal pasca-vaksin yang ringan dan menghilang dengan sendirinya tanpa langkah-langkah tambahan. Para sukarelawan dalam kondisi kesehatan yang baik, "kata Smolyarchuk kepada TASS pada saat itu.

Baca Juga: WHO Targetkan Hasil Uji Coba Obat Covid-19 Keluar dalam Dua Minggu Ini

Sebelumnya, pada 10 Juli, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan para relawan yang diberikan vaksin merasa baik-baik saja, tidak memiliki keluhan, tidak mengalami efek samping dan sedang mengembangkan kekebalan terhadap virus corona, seperti dilansir TASS. 

Laporan 10 Juli menyatakan bahwa uji coba akan berakhir pada 15 Juli, dengan kelompok sukarelawan kedua menerima komponen kedua vaksin sebagai bagian dari "skema pendorong" untuk "memperkuat sistem kekebalan tubuh dan ... memperpanjang daya tahannya" kata laporan itu.

Baca Juga: Laporan Perkembangan Vaksin Virus Covid-19 dari 2 Perusahaan Farmasi, Ada yang Sebabkan Demam dan Efek Samping Lainnya

Selain itu, laporan 22 Juni yang diterbitkan oleh Sputnik News mengutip direktur Gamaleya, Alexander Gintsburg, yang mengatakan bahwa vaksin itu akan melindungi orang terhadap virus untuk jangka waktu lebih dari dua tahun.

"Vaksin ini diberikan dua kali dengan gen yang sama disuntikkan menggunakan pembawa yang berbeda, yang memungkinkan tidak hanya mendapatkan kekebalan pelindung, tetapi untuk memperolehnya untuk jangka waktu yang lebih lama," kata Gintsburg kepada Krasnaya Zvezda, surat kabar resmi Kementerian Pertahanan Rusia.

Dia menambahkan bahwa pendekatan ini "menjamin dengan kemungkinan besar bahwa seseorang yang mendapatkan vaksin ini dalam bentuk pendorong akan terlindungi dari infeksi virus corona setidaknya selama dua tahun, bahkan mungkin untuk jangka waktu yang lebih lama."

Baca Juga: Vaksin Virus Corona Produksi Indonesia, Harga Dibawah 100 Ribu Rupiah

Beredarnya pemberitaan vaksin Covid-19 ini, membuat banyak laporan berita mengklaim ini akan menjadi vaksin pertama yang menyelesaikan uji coba manusia, kerangka waktu dan tujuan penelitian menunjukkan bahwa vaksin itu baru saja membersihkan atau masih berlangsung uji coba fase 1.

 Baca Juga: Update Covid-19; Vaksin 'Covaxin' India Disetujui untuk Uji Klinis Manusia

Rusia telah mengerjakan 17 vaksin untuk virus corona, seperti yang dinyatakan oleh menteri kesehatan negara itu pada 8 Juli 2020.

Pada bulan Juni, Wakil Perdana Menteri Dmitry Chernyshenko mengatakan bahwa vaksinasi massal dapat dimulai pada musim gugur, meskipun ini akan bersifat sukarela.

Baca Juga: Ratusan Kandidat Vaksin Virus Corona Segera Tersedia, Namun Tak Ada Jaminan Mana yang Berhasil

Menurut situs web Universitas Sechenov, para relawan, pria dan wanita dan berusia 18-65 tahun, menerima vaksin lyophilised untuk vaksin yang dikembangkan oleh Gamaleya Institute.

Saat ini, menurut daftar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), satu-satunya vaksin yang mencapai uji coba fase 3 pada 7 Juli adalah vaksin dari China Sinovac dan University of Oxford / AstraZeneca.

Baca Juga: Inilah Vaksin-vaksin Corona yang Menurut WHO Paling Maju dan Potensial, Produksi China Salah Satunya

Serum Institute of India, produsen vaksin terbesar di dunia, yang bermitra dengan Universitas Oxford untuk menghasilkan kandidat vaksinnya, baru-baru ini mengatakan bahwa vaksin yang aman setidaknya enam bulan lagi.(*)

 #berantasstunting #hadapicorona