Find Us On Social Media :

Balita 18 Bulan Tewas Akibat Alat Tes PCR Patah dalam Hidung, Dibiarkan selama 24 Jam Tanpa Penanganan Dokter Spesialis Anak

Balita 18 bulan tewas akibat alat tes PCR patah di dalam hidung

GridHEALTH.id -  Tes swab atau tes polymerase chain reaction (PCR) kini dinilai dapat mendiagnosis adanya virus corona dengan tepat.

Namun sayangnya, di balik keunggulan tes swab ini, berbagai kisah tragis pun kerap terdengar di telinga masyarakat.

Baca Juga: Berbagai Metode Test Covid-19; PCR, Rapid Test, TCM, Apa Perbedaannya?

Yang terbaru, kabarnya seorang balita laki-laki berusia 18 bulan tewas seketika saat menjalani tes swab.

Hal ini diakibatkan alat tes PCR tersebut patah dan tersangkut di dalam hidung.

Melansir Tribun Timur dari Sabaq News, balita laki-laki itu dibawa ke Rumah Sakit Umum Shaqra, Arab Saudi karena menderita demam tinggi.

Baca Juga: Sempat Derita Takikardia, Jessica Iskandar Kini Alami Pembengkakan Leher Akibat Penyakit Tiroid, Ini Penyebabnya

Dia kemudian mendapat tindakan medis untuk memeriksa apakah anak itu menderita Covid-19.

Namun, ketika diperiksa menggunakan alat tes PCR yang dimasukkan ke hidungnya, alat itu patah di dalam hidung sehingga membuat dokter menggunakan anestesi umum untuk menunjukkan hasil swab dari tenggorokkannya.

Nahasnya, anak itu dibiarkan kemudian tanpa tindak lanjut yang menyebabkan dia kehilangan kesadaran karena penyumbatan saluran pernapasan.

Baca Juga: Waspada Gelombang Ketiga, Hong Kong Kembali Memperketat Jarak Sosial Ketika 'Kritis' Menghantam Kota

Melansir Gulf News, dia meninggal dunia 24 jam setelah memasuki rumah sakit tersebut.

Ayah anak itu, Abdullah Al Joufan, menceritakan detil kecelakaan tragis itu.

Dia membenarkan bahwa dia menolak menjalani anestesi umum untuk anaknya.

Baca Juga: Polemik Rendahnya Penyerapan Anggaran Covid-19, Menkes Terawan; Berarti Pasiennya Sedikit

Tetapi dokter bersikeras dengan menunjukkan bahwa setelah tindakan, anak itu akan diperiksa oleh dokter spesialis anak, padahal staf rumah sakit mengatakan dokter spesialis anak sedang cuti.

Menurut Al Joufan, orang-orang bingung pada hari berikutnya karena anaknya tiba-tiba kehilangan kesadaran akibat saluran pernapasan yang terhalang.

Di tengah upaya untuk terus membuat anak itu sadar kembali, Al Joufan menyadari kalau kesehatan anaknya memburuk dan meminta pihak rumah sakit memindahkan putranya ke rumah sakit khusus di Riyadh.

Baca Juga: Menurut Keponakannya Donald Trump Berbahaya Bagi Amerika, Ayahnya Sosiopat

Meski pun disetujui, ambulans datang terlambat.

Anak lelaki Al Joufan sudah meninggal dunia.

Baca Juga: Diberi Laporan Rekor Baru 80 Ribu Kasus Covid-19, Jokowi; Harus Diberi Sanksi! Kalau Tidak, Masyarakat Tak Sadar

Sang ayah kemudian menyerahkan 2 laporan terkait penyelidikan atas kematian putranya dan penanganan yang salah atas situasi tersebut.

Dia meminta Menteri Kesehatan untuk membentuk Komite Penyelidikan sesegera mungkin.

Ayah balita 18 bulan tersebut telah mendapatkan panggilan telepon dari Menteri Kesehatan, Dr Tawfiq Al Rabiah yang menyampaikan bela sungkawa atas kematian putranya, serta dari Direktur Urusan Kesehatan di Riyadh Hassan Al Shahrani.

Baca Juga: Berikan MPASI Dini di Usia Anak Baru 4 Bulan, Shandy Aulia: Ini Keputusan Terbaik Versi Saya untuk Anak Saya'

Dia menekankan bahwa menteri tersebut berjanji untuk menindaklanjuti kasus kematian putranya.

Berkaca dari kejadian nahas yang menimpa balita 18 bulan tersebut, kita berdoa semoga saja tak ada lagi kejadian serupa terulang di daerah lain. (*)

Baca Juga: Surat Izin Keluar Masuk Jakarta Dihapus, Masyarakat Bisa Bikin SIKM Sendiri dengan CLM, Apa Itu?

#berantasstunting #hadapicorona