Find Us On Social Media :

Saran Ahli Agar Indonesia Sukses Hadapi Corona: 'Buang Rapid Test'!

Ilustrasi rapid test

Lebih lanjut, Andani menjelaskan rapid test tidak bisa mendeteksi Covid-19 pada satu minggu pertama dan tingkat akurasinya hanya 20%.

Alhasil jika ada 10 orang melakukan test di minggu pertama hasilnya pasti negatif, inilah yang justru berbahaya.

Meski rapid test merupakan deteksi antibodi, tetapi bisa saja protein virus ini mirip dengan antibodi yang diproduksi manusia.

Baca Juga: Dibantu Sahabat Patungan Biaya Rumah Sakit sampai Rp 30 Juta, Polo Srimulat Kini Masih Terbaring Lemah Akibat Sakit Paru-paru

Sehingga bisa menyebabkan reaksi silang sehingga hasilnya bias dan hasilnya positif palsu ataupun negatif palsu (false negative).

Sementara untuk minggu kedua, tingkat akurasinya terbilang bisa saja yakni hanya 60%, yang berarti jika ada 10 orang positif hanya 6 yang terdeteksi positif dan 4 sisanya lolos.

Kondisi ini tentu akan berbahaya dimana jika yang negatif palsu dibiarkan lolos dapat menjadi sumber penularan di masyarakat.

Baca Juga: Dibantu Sahabat Patungan Biaya Rumah Sakit sampai Rp 30 Juta, Polo Srimulat Kini Masih Terbaring Lemah Akibat Sakit Paru-paru