Padahal, menggunakan kondom amat disarankan jika melihat risiko klamidia dan gonore pada swinger lebih tinggi dibanding kelompok lainnya.
Setidaknya, kondom efektif dalam mencegah penyakit menular seksual yang disebarkan oleh cairan tubuh, terutama klamidia, gonore, dan HIV.
Meski demikian, tak semua bisa dicegah oleh kondom. “Ia kurang efektif dalam mencegah infeksi yang menyebar melalui kontak kulit ke kulit, seperti virus HPV, kutil kelamin, kanker serviks, dan herpes,” kata Krause dikutip dari Medical News Today (08/08/20).
Mengapa ada praktiks swinger, utamanya adalah ketidakpuasan dalam hubungan suami istri. Hal tersebut diungkap oleh Guru Besar Departemen Andrologi dan Seksologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali, Prof. DR Wimpie Pangkahila, SpAnd, FAACS, mengomentari kasus tiga pasutri yang tukar pasangan di Malang, Jawa Timur.
"Kalau alasan mereka karena ketidakpuasan bisa dimengerti. Salah satunya memang itu," kata Prof. DR. Wimpie Pangkahila, SpAnd, FAACS dikutip dari Liputan 6 (08/08/20).
Bila dilihat dari sisi kesehatan, Wimpie mengatakan, praktik bertukar pasangan tidak menimbulkan masalah apabila pelaku dalam komunitas tersebut tidak ada yang menularkan penyakit.
Baca Juga: Nyeri Punggung Saat Hamil? Mungkin Akibat Posisi Tidur Tidak Tepat
Baca Juga: Minum Obat Tanpa Air Seperti Pil, Benarkah Mengganggu Efektivitasnya?
"Kalau dari sudut kesehatan ya, kalau mereka sama-sama sehat tidak ada masalah. Itu dilihat dari kesehatan, bukan moral," tambah Wimpie.