Find Us On Social Media :

Ramai di Media Sosial Dosen Doyan Swinger, Ini Bahayanya Buat Fisik dan Mental

@BamsBulaksumur, dosen yang mengaku terfantasi oleh swinger alias tukar pasangan.

GridHEALTH.id – Istilah swinger belakangan viral di media sosial akibat pengakuan seorang dosen berinisial BA di Yogyakarta yang juga seorang buzzer dengan nama akun @BamsBulaksumur.

Untuk diketahui, swinger adalah pelaku (orang) dari dari swinging, aktivitas seksual rekreasional yang dilakukan dengan cara bertukar pasangan antara dua pasangan.

Praktik swinger atau orang yang bertukar pasangan ini dapat meningkatkan risiko sejumlah penyakit menular seksual.

"Swinger memang salah satu aktivitas seksual yang baru terekspose di Indonesia. Aktivitas seksual secara bebas tidak pada satu orang saja dapat, membuat risiko orang tersebut terkena penyakit kelamin lebih tinggi," kata dokter spesialis kulit dan kelamin Anthony Handoko dalam virtual media briefing (05/08/20)

Anthony menyebutkan sejumlah penyakit infeksi menular seksual yang dapat muncul karena swinger dan juga berganti-ganti pasangan. Berikut penyakit menular seksual yang bisa muncul karena swinger.

1. Klamidia

Klamidia adalah infeksi menular seksual yang paling umum di seluruh dunia. Klamidia disebabkan oleh infeksi bakteri Chlamydia trachomatis. Klamidia menular dari kontak seksual alat kelamin, oral, dan anus.

Klamidia ditandai dengan gejala seperti keputihan abnormal dan rasa terbakar saat buang air kecil pada perempuan.

Baca Juga: Izin Edar Ramuan Herbal Hadi Pranoto Ternyata Sudah Lama Dicabut BPOM

Baca Juga: Bila Tak Datang Penuhi Panggilan Polda Bali Hari Ini, Jerinx Bakal Dijemput Polisi Soal Gugatan IDI

Sedangkan pada pria, klamidia ditandai dengan munculnya gejala seperti nyeri atau bengkak pada testis dan sensasi terbakar saat buang air kecil.

2. Gonore

Gonore merupakan infeksi menular seksual kedua yang paling banyak terjadi di seluruh dunia. Gonore juga disebabkan oleh infeksi bakteri dan menular dari kontak seksual alat kelamin, oral, dan anus

Pada pria gonore ditandai dengan pilek atau nanah putih kehijauan dari penis, sakit saat berkemih, dan lubang kemih merah dan bengkak.

Sedangkan pada perempuan gonore cenderung timbul tanpa gejala, tapi dapat meluas ke seluruh organ reproduksi.

Gonore dapat menyebabkan sejumlah komplikasi seperti kemandulan, kelahiran ektopik, dan masalah sistemik pada organ tubuh lainnya.

Baca Juga: 10 Alasan Di Balik Mengapa Pria Perlu Mengetahui Kadar Testosteron

 Baca Juga: 3 Hal Tak Disadari Penyebab Ketiak Jadi Hitam, Ini Solusinya

3. Genital herpes 

Genital herpes adalah adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe 1 (HSV-1) dan virus herpes simpleks tipe 2 (HSV-2).

Hingga saat ini belum ada ada obat untuk herpes. Obat-obatan yang tersedia hanya dapat mencegah dan mempersingkat infeksi virus.

4. Sifilis

Sifilis adalah infeksi menular seksual yang dapat menyebabkan masalah kesehatan serius jika tidak diobati. Sifilis ditandai dengan ruam, lesi, atau luka pada kulit atau area terinfeksi. Pada tahap yang parah luka tersebut dapat menyebar keseluruh tubuh.

5. HIV/AIDS

Bertukar pasangan juga dapat meningkat risiko terkena HIV/AIDS. HIV atau human immunodeficiency virus adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh.

HIV melemahkan sistem imunitas tubuh sehingga rentan terhadap sejumlah penyakit. Hingga saat ini belum ada obat untuk dapat menyembuhkan HIV/AIDS. 

Melakukan hubungan seksual dengan lebih dari satu orang pada satu waktu atau secara berurutan, mendorong penyebaran penyakit menular seksual,” tegas H. Hunter Handsfield, seorang profesor kedokteran di pusat AIDS dan STD Universitas Washington dikutip dari Reuters (07/08/20). 

Sayangnya, karena melakukan aktivitasnya secara tersembunyi, penyakit menular seksual pada para swinger kurang teridentifikasi. Bahkan banyak di antara mereka kurang menyadari penularan penyakit tersebut.

Swingers Date Club, situs kencan untuk swinger, memperkirakan ada jutaan swinger di seluruh dunia. Di Belanda saja ada 30 ribu orang telah menjadi anggota dan mengunggah profil online dalam situs web tersebut. 

 

Baca Juga: Bisa Mengurangi Stres, Berikut 6 Manfaat Berpelukan bagi Kesehatan

Baca Juga: Merasa Lemas dan Lamban Sepanjang Hari, Waspadai Kelebihan Gula 

Dr. Cynthia Krause, asisten profesor klinis kebidanan dan ginekologi di New York City, mengatakan banyak swinger tidak mempraktikkan seks yang aman.

Padahal, menggunakan kondom amat disarankan jika melihat risiko klamidia dan gonore pada swinger lebih tinggi dibanding kelompok lainnya.

Setidaknya, kondom efektif dalam mencegah penyakit menular seksual yang disebarkan oleh cairan tubuh, terutama klamidia, gonore, dan HIV.

 

Meski demikian, tak semua bisa dicegah oleh kondom. “Ia kurang efektif dalam mencegah infeksi yang menyebar melalui kontak kulit ke kulit, seperti virus HPV, kutil kelamin, kanker serviks, dan herpes,” kata Krause dikutip dari Medical News Today (08/08/20).

Mengapa ada praktiks swinger, utamanya adalah ketidakpuasan dalam hubungan suami istri. Hal tersebut diungkap oleh Guru Besar Departemen Andrologi dan Seksologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali, Prof. DR Wimpie Pangkahila, SpAnd, FAACS, mengomentari kasus tiga pasutri yang tukar pasangan di Malang, Jawa Timur. 

"Kalau alasan mereka karena ketidakpuasan bisa dimengerti. Salah satunya memang itu," kata Prof. DR. Wimpie Pangkahila, SpAnd, FAACS dikutip dari Liputan 6 (08/08/20). 

Bila dilihat dari sisi kesehatan, Wimpie mengatakan, praktik bertukar pasangan tidak menimbulkan masalah apabila pelaku dalam komunitas tersebut tidak ada yang menularkan penyakit. 

Baca Juga: Nyeri Punggung Saat Hamil? Mungkin Akibat Posisi Tidur Tidak Tepat

Baca Juga: Minum Obat Tanpa Air Seperti Pil, Benarkah Mengganggu Efektivitasnya?

"Kalau dari sudut kesehatan ya, kalau mereka sama-sama sehat tidak ada masalah. Itu dilihat dari kesehatan, bukan moral," tambah Wimpie. 

Hal itu akan menjadi berbahaya bila salah satu pelaku tidak sehat atau mengidap penyakit menular seksual, kata Wimpie.  

"Hanya saja yang membuat kita merasa aneh adalah kenapa mereka melakukannya dalam bentuk tukar pasangan dan dalam satu komunitas tersendiri," ujarnya.

Sementara, ditilik dari sisi psikologis, Wimpie mengatakan, apabila suami istri telah sepakat melakukan praktik tukar pasangan maka tidak ada masalah yang akan ditimbulkan. 

"Artinya mereka kalau sudah masuk dalam komunitas itu, berarti secara mental mereka sepakat," ungkap seksolog yang tergabung dalam Asosiasi Seksologi Indonesia itu. 

"Mungkin sudah tidak ada rasa cemburu, yang mungkin tidak semua orang bisa melakukan itu," lanjutnya. 

Meski praktik tukar pasangan bisa jadi tak akan menimbulkan risiko kesehatan jika dilakukan dengan aturan tertentu, Wimpie mengatakan, praktik tersebut secara moral tentu tidak dibenarkan, terutama bila dilihat dari sisi agama. 

"Kalau secara moral umum kan enggak benar. Apalagi kalau sudah dikaitkan dengan agama," ujar Wimpie. 

Mereka yang sudah terbiasa melakukan hal itu, akan menganggap bahwa aktivitas tersebut biasa saja dan tidak melanggar apa pun. 

Baca Juga: Selalu Merasa Haus? Gangguan Kesehatan Ini Bisa Menjadi Penyebab

 Baca Juga: Menginginkan Bayi Aman Tidur Dengan Orangtua? Ini Syarat-syaratnya

"Kalau bagi mereka tidak apa-apa. Tapi kenapa mereka melakukannya, itu yang patut ditanyakan," Wimpie menegaskan. (*)

#berantasstunting #hadapicorona