Find Us On Social Media :

Kasus Gilang Bungkus Jarik dan Analisis Seksolog, Kenapa Kelainan Fetish Bisa Muncul

Gilang 'bungkus', pelaku fetish kain jarik ditangkap polisi.

GridHEALTH.id - Terdagu pelaku fetish kain jarik, Gilang kini telah ditangkap pihak kepolisian di wilayah Kapuas, Kalimantan Tengah, Kamis (6/8/2020).

Mantan mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) Surabaya ini ditangkap setelah kisahnya viral dan menjadi perbincangan publik.

Menurut Kapolrestabes Kapuas, AKBP Manang Soebeti, saat diperiksa Gilang memang mengakui ketertarikannya secara seksual dengan orang berselimut atau yang dibungkus kain.

Bahkan, ketertarikannya itu diakui Gilang dimulai sejak kecil.

"Di Polres kami sempat interogasi yang bersangkutan," kata AKBP Manang Soebeti, Jumat, (7/8/2020), dikutip dari Surya.co.id.

"Memang dia sejak kecil merasa tertarik kalau ada orang yang dibungkus dan pakai selimut tertutup dari kepala sampai kaki," sambungnya.

Baca Juga: Jenazah Wali Kota Banjar Baru Disalatkan di Mobil, Sesuai Protokol Covid-19 Dimakamkannya

Baca Juga: Sempat Ingatkan Jangan Anggap Enteng Covid-19, Wali Kota Banjarbaru Nadjmi Adhani usai 2 Minggu Diisolasi Akibat Virus Corona

AKBP Manang mengatakan, Gilang mulai melakukan aksinya memperdaya atau mengarahkan teman-temannya membungkus diri sejak kuliah.

Berdasarkan pengakuannya telah ada 25 korban praktik dugaan pelecehan yang dilakukan dirinya.

Meski demikian, Gilang tidak menjelaskan secara rinci soal perbuatannya tersebut.

Hal itu dikarenakan Polres Kapuas hanya membantu mengamankan.

Viralnya kasus ini, membuat Seksolog klinis Zoya Amirin pun tertarik untuk ikut menganalisisnya.

Baca Juga: Kasus Corona di Indonesia Masuk Urutan ke-23 Dunia, Satgas Covid-19: Kasus Covid-19 Tidak Terlalu Buruk Dibanding Negara Lain

Menurut Zoya kecenderungan yang ditampilkan Gilang termasuk dalam jenis penyimpangan seksual sejenis paraphilia.

"Bahwa kemungkinan kalau melihat kecenderungannya, dia itu memiliki perilaku seksual menyimpang, sejenis paraphilia," kata Zoya saat dikutip dari Kompas.com, Minggu (2/8/2020).

Zoya menjelaskan, fetish termasuk ke dalam berbagai bentuk paraphilia semisal pedofilia, exhibisionist, termasuk fetish.

"Salah satu paraphilia itu adalah fetish, di mana seorang individu merasa terangsang dengan bagian tubuh yang nonseksual atau benda-benda nonseksual," jelasnya.

Baca Juga: Ditinggal Suami Semenjak Hamil, Ini Kisah Pilu Wanita di Kupang Lahirkan Sendiri Bayi Kembar 3

Zoya memaparkan, bagian tubuh seksual adalah payudara dan alat kelamin.

Sementara benda-benda seksual adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan hubungan seksual, seperti pakaian dalam, lingerie, sex toys dan sebagainya.

Tidak seperti orang pada umumnya, pengidap fetish justru akan merasa terangsang dengan benda atau hal-hal nonseksual.

"Dia bisa terangsang dengan pusar, ketiak, jempol kaki, betis, telapak kaki, dan masih banyak lagi fetish yang bagian tubuh nonseksual," ujarnya.

Baca Juga: Provinsi Jabar Kembali Masuk 3 Besar Covid-19, Depok Satu-satunya Zona Merah!

Lantas mengapa seseorang bisa memiliki kelainan fetish ini?

Zoya menyebut sebagian besar penderita paraphilia, termasuk fetish, adalah pria.

Hal itu karena banyak pria yang hidup di dunia dengan sistem patriarki ini perasaannya tidak bisa diakomodir, atas nama gender.

Baca Juga: Dibalik Kasus Segitiga Billy Syahputra dan Kriss Hatta, Baru Terungkap Hilda Vitria Penyintas Gangguan Mental OCD

Seperti pria harus kuat, pria tidak boleh menangis, pria harus tegas, tidak boleh lembek, dan sebagainya.

"Ketika anak cowok tidak diakui perasaannya, sehingga dia harus melakukan sesuatu terhadap ketidaknyamanannya. Ketidaknyamanan emosi itu biasanya dia sublimasi atau dia ubah jadi kenyamanan yang kayaknya aman buat cowok," jelas Zoya.

Dalam hal ini, pria akan memilih hal-hal yang sesuai dengan perannya yang terbentuk dalam masyarakat, tidak dengan menangis, tidak dengan terlihat lemah.

Baca Juga: Waspadai, Ini Tanda-tanda Kolesterol Tinggi yang Perlu Diperhatikan

"Dia harus mencari kenyamanan-kenyamanan itu untuk menolong dirinya saat merasa cemas, merasa sakit hati, perasaan-perasaan yang dia tidak sanggup dikelola," ujarnya.

Zoya menyebut perasaan tidak nyaman yang timbul dan tidak terakomodir inilah yang kemudian disublimasi dan berbuah pada munculnya berbagai gangguan, salah satunya gangguan penyimpangan perilaku seksual fetish ini.

Jadi, penyebab fetish tidak hanya soal trauma masa lalu, menderita kekerasan, pemerkosaan, dan lain sebagainya.

Namun juga sebagai hasil yang terbentuk dari proses yang berjalan perlahan di kehidupan bermasyarakat.(*)

Baca Juga: 4 Tips Sehat Agar Wanita Terhindar Dari Risiko Kanker Payudara

 #berantasstunting

#hadapicorona