Dimana ia mengungkapkan, sebuah program yang pernah dilakukan di Pandeglang, Banten, pada 2019 di mana ditemukan bahwa stunting terjadi karena kesalahpahaman masyarakat yang SKM adalah susu dan diberikan kepada anak.
“Lalu dilakukan upaya terpadu, kental manis diganti susu dan ada perbaikan. Ini kemudian dikoordinasikan dengan dinas kesehatan provinsi untuk dilakukan upaya yang sama di Jatim,” papar Emil.
Untuk itu, Emil menekankan pentingnya literasi gizi tak hanya untuk kaum ibu khususnya, namun juga lingkungan sekitar yang memengaruhi ibu.
Baca Juga: Tak Perlu Olahraga Berlebih, Posisi Ini Dipercaya Dapat Ringankan Gejala Covid-19
“Ibu-ibu muda saat ini yang rata-rata kelahiran 1990-2000, adalah generasi milenial yang pasti melek teknologi dan informasi. Tapi, terkadang pengambilan keputusan juga dipengaruhi oleh orang-orang di sekitarnya, orangtua, mertua/nenek. Karena itu, edukasi mengenai gizi dan kental manis juga harus diberikan kepada generasi yang lebih tua ini,” imbuh Emil.
Sementara itu, Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan Kementerian PPN/Bappenas Subandi Sardjoko mengatakan, penurunan stunting merupakan program prioritas nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020 dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2020-2021.
Baca Juga: Ciri Susu yang Bisa Sebabkan Obesitas pada Anak, Bahkan Stunting, Jangan Dibeli