Para peneliti Cina mengembangkan sistem kecerdasan buatan artificial intelligence atau AI untuk mempercepat diagnosis Covid-19 dan memperoleh gambaran yang jelas mengenai dampaknya terhadap paru-paru.
“Datanya seperti berulang di negara yang berbeda,” kata Alberto Nájera di University of Castilla-La Mancha, Spanyol. Dia dan timnya menganalisis angka-angka dari 18 laporan pertama tentang para perokok di antara pasien Covid-19.
Menurut Alberto, nikotin menekan kecenderungan sistem imun tubuh bereaksi berlebih atas kehadiran virus hingga menyebabkan badai sitokin, sebuah respons peradangan yang malah bisa mematikan.
Teori berbeda disampaikan Jean-Pierre Changeux di Pasteur Institute, Paris, Prancis. Dia menduga, nikotin berperan menurunkan kadar molekul protein ACE2 di sel paru-paru. Protein itu yang dicari virus corona untuk menambatkan diri lalu menginfeksi sel.
Tapi, studi-studi yang sama juga melaporkan kalau jumlah pasien perokok lebih banyak di antara mereka yang sudah telanjur parah dan meninggal. Ini menambah keraguan kalau nikotin benar-benar bisa melindungi perokok dari penyakit virus corona 2019 tersebut.
Beberapa kalangan juga menyuarakan keraguannya terhadap akurasi dari laporan-laporan studi yang sama.
Baca Juga: Terpaksa Menyimpan Telur di Kulkas? Hindari Menyimpan di Bagian Pintu
“Beberapa orang bisa saja berhenti merokok sejak terjadi pandemi lalu dicatat sebagai bukan perokok dalam studi itu,” kata Nick Hopkinson dari Imperial College London, Inggris.