GridHEALTH.id - Jumlah hasil studi yang menyebut para perokok 'terlindung' dari infeksi virus corona Covid-19 masih diragukan.
Sebagian kalangan sulit mempercayai rokok dan kebiasaan merokok bisa menjadi sekutu baik untuk melawan virus yang menyerang saluran pernapasan itu.
Dasarnya, antara lain, rokok tembakau telah terbukti merusak kantong udara di paru-paru di mana oksigen dipertukarkan ke dalam darah. Para perokok juga biasa mengalami flu dan demam yang lebih parah.
Selain kebiasaan merokok menahun yang juga bisa mengantar kepada emphysema, sebuah penyakit paru obstruktif kronis.
Tapi, data yang muncul dari negara-negara yang pertama dilanda epidemi Covid-19 membuat para dokter tertegun.
Data yang ada menunjukkan proporsi para perokok di antara pasien yang dirawat intensif di rumah sakit lebih rendah daripada proporsi perokok di antara masyarakat umum.
Baca Juga: Jadi Perokok Pasif, Bisakah Tertular Covid-19? Ini Kata Ahli
Di Cina, misalnya, hanya sekitar 8% pasien Covid-19 di rumah sakit yang perokok. Padahal di dalam masyarakatnya, jumlah perokok mencapai 26%. Angka atau proporsi di Italia serupa dengan di Cina, yakni 8 berbanding 19%.